[locusonline.co, LUMAJANG] – Gunung Semeru, sang penguasa tertinggi di Pulau Jawa, kembali menunjukkan taringnya. Rabu (19/11) sore, dengan ledakan dahsyat, gunung setinggi 3.676 mdpl ini menyemburkan awan panas guguran yang memuntahkan amarahnya hingga sejauh 13 kilometer, menyapu bersih apa pun yang ada di hadapannya.
Pemandangan mencekam langsung terjadi di sekitar Jembatan Gladak Perak. Dalam video yang beredar luas, suasana yang tadinya tenang berubah menjadi kacau dalam sekejap. Kepulan abu tebal dan awan panas yang bergerak cepat ke lembah membuat warga yang sedang beraktivitas di tepi sungai sontak berhamburan.
“Berhamburan semua! Awan panas! Teriakan histeris bersahutan di antara para warga yang berlarian menyelamatkan diri, ada yang memanggil nama keluarga, ada yang mengingatkan yang lain untuk segera naik ke tempat yang lebih tinggi,” ujar Ali Murtopo, seorang warga Desa Sumber Sari, kepada detikJatim.
Letusan ini begitu tiba-tiba dan kuat. Para penambang pasir yang sedang bekerja di dua aliran sungai yang dilintasi awan panas guguran (APG) langsung meninggalkan peralatan mereka dan berlarian. Bahkan, warga yang berada di perumahan relokasi—yang seharusnya aman—juga ikut panik.
Data Sains di Balik Amukan Semeru
Di balik drama kemanusiaan yang mencekam, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat aktivitas Semeru dalam angka yang menunjukkan peningkatan drastis.
Hanya dalam enam jam terakhir, Kamis (20/11) pukul 00.00 hingga 06.00 WIB, gunung ini sudah mengalami 32 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-16 mm. Tak hanya itu, tercatat juga 25 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-22 mm, serta satu kali gempa embusan dan satu kali gempa tektonik jauh.
“Gunung Semeru berada pada status Awas atau Level IV sejak Rabu (19/11) pukul 17.00 WIB,” tegas Kepala Badan Geologi, M Wafid, dalam keterangannya.
Status Awas ini bukanlah peringatan sembarangan. Ini berarti potensi bahaya erupsi sudah sangat signifikan. PVMBG memberikan rekomendasi yang sangat jelas:
- Tidak ada aktivitas apa pun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 20 km dari puncak.
- Tidak ada aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar.
- Mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru, terutama di Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat.
Konsekuensi Langsung: Jalur Pendakian Ditutup, Status Tanggap Darurat
Amukan Semeru langsung direspons oleh pihak berwenang. Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) secara resmi menutup total aktivitas pendakian ke Gunung Semeru, termasuk jalur menuju Ranu Kumbolo yang terkenal indah.
“Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta rekomendasi dari PVMBG, pendakian Gunung Semeru ditutup mulai hari ini hingga dinyatakan aman,” ujar Kepala BB TNBTS, Rudijanta Tjahja Nugraha.
Di tingkat pemerintahan, Bupati Lumajang, Indah Amperawati, secara resmi menetapkan Status Tanggap Darurat Bencana selama 7 hari, terhitung mulai 19 hingga 25 November 2025. Surat edaran diterbitkan untuk mempercepat dan menyatukan langkah penanganan dampak erupsi.
“Camat dan kepala desa diminta untuk segera mengamankan dan mengarahkan warganya ke tempat yang lebih aman, sambil berkoordinasi dengan aparat lain agar penanganan berjalan optimal,” kata Indah.
Drama di Puncak: 178 Pendaki Terjebak di Ranu Kumbolo
Sementara itu, di ketinggian, drama lain sedang berlangsung. Sebanyak 178 pendaki dilaporkan terjebak di Ranu Kumbolo, sebuah danau cantik di kaki Semeru yang menjadi favorit para pendaki. Mereka tidak bisa turun karena jalur evakuasi terancam oleh material vulkanik.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) langsung bergerak. Kepala BNPB, Letjen Suharyanto, memastikan bahwa tim evakuasi akan segera diterjunkan untuk menyelamatkan para pendaki.
“Tim BNPB akan dipimpin oleh pejabat Eselon 1 (Deputi 1) untuk memimpin langsung semua kegiatan penanggulangan tanggap darurat di sana,” ujar Suharyanto.
Hingga kini, tercatat sekitar 300 jiwa telah mengungsi di tiga titik aman, seperti di Balai Desa Oro-oro Ombo dan Balai Desa Penanggal. Belum ada laporan resmi mengenai korban jiwa, dan harapan terus dipanjatkan agar tidak ada jiwa yang melayang akibat amukan Sang Penguasa Jawa ini.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Terjadi Awan Panas?
PVMBG mengingatkan masyarakat untuk mengetahui tindakan yang benar saat terjadi awan panas guguran:
- Segera menjauhi alur lahar: Jangan mencoba mendekati atau menonton aliran awan panas dari jarak dekat.
- Berlindung di tempat yang tinggi dan tertutup: Cari tempat yang lebih tinggi dari arah aliran awan panas, dan berlindung di balik bangunan kokoh atau rimbunan pohon yang rapat.
- Menutup mulut dan hidung: Gunakan masker atau kain basah untuk menghindari inhalasi abu vulkanik yang berbahaya bagi pernapasan.
- Mengikuti arahan dari petugas: Patuhi setiap instruksi dari aparat BPBD, TNI, Polri, dan relawan yang sedang bertugas.
Erupsi Semeru kali ini adalah pengingat keras bahwa kita tinggal di negara yang dilalui oleh cincin api. Kewaspadaan dan kesiapsiagaan bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan. (**)















