Tak cukup soal lalu lintas, SKPD juga diminta siap menghadapi bencana. Arahan yang tepat, mengingat musim libur di Garut kadang ditemani banjir, longsor, atau jalan amblas. Namun kesiapan nyata sering diuji oleh kondisi di lapangan: posko bencana yang minim logistik, informasi yang telat, atau alat berat yang “sedang dipinjam kecamatan lain”.
Nurdin berharap seluruh OPD tidak meninggalkan pos. Harapan yang masuk akal meski setiap tahun tetap ada pegawai yang menghilang dengan alasan “monitoring jarak jauh”.
Soal parkir, Sekda memberi contoh “komunikasi proaktif” agar rumah ibadah mendapat tempat parkir alternatif. Ide yang bagus, selama koordinasi tersebut tidak berujung pada warga yang dipaksa maklum karena halaman rumahnya mendadak jadi parkiran tamu.
Pada akhirnya, Pemkab Garut berharap Nataru berjalan aman, lancar, dan damai. Harapan yang tentu didukung masyarakat asal pemerintah bukan hanya tampil di rapat dan jumpa pers, melainkan benar hadir di titik rawan macet, aktif menertibkan parkir, dan tidak sekadar memantau situasi dari grup WhatsApp internal.
Sampai semua itu terbukti, warga Garut tetap diajak percaya bahwa tahun ini Nataru akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Meski, seperti biasa, jalan raya lah yang akan menguji siapa yang benar-benar siap: pemerintah, polisi, atau justru kesabaran masyarakat sendiri.*****
“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”
