[locusonline.co, Bandung] – Di balik wajah cantik taman-taman Kota Bandung yang baru direvitalisasi, tersembunyi sebuah “ritual” yang terjadi diam-diam: pencurian fasilitas publik secara sistematis, seolah ada hantu yang mengintai setiap perbaikan.
Bukan hantu sungguhan, tentu saja. Pelakunya lebih nyata dan, sayangnya, sangat mengenal nilai rupiah dari kabel tembaga dan pompa air.

Investigasi ini berawal dari keluhan Pemkot Bandung melalui Plt. Kepala Bidang Pertamanan dan Dekorasi DPKP, Yuli Ekadianty. Dalam wawancara eksklusif, Kamis (27/11/2025), Yuli bercerita dengan nada getir. Upaya mereka menghidupkan kembali taman-taman tematik seperti Taman Panda, yang air mancurnya baru saja berdenyut setelah lama mati, harus terpukul dengan aksi pencurian yang terjadi bak kilat.
“Kabel lampu sepanjang 200 meter di Taman Lansia, lenyap tak berbekas tak lama setelah pembukaan. Rasanya seperti kami baru selesai merias pengantin, lalu perhiasannya dicuri di pelaminan,” ujar Yuli, menggambarkan betapa singkatnya jarak antara perbaikan dan pencurian.
Kasus teranyar terjadi di Taman Panda. Dua unit pompa air mancur, nyawa dari pertunjukan air yang baru saja dihidupkan, raib digondol maling. Konsekuensinya langsung terasa: air mancur yang sempat memancar kembali diam seribu bahasa. Fasilitas yang seharusnya dinikmati anak-anak dan keluarga pun kembali menjadi ornamen mati.
Investigasi Sederhana: Motif dan Modus
Lantas, apa motivasi di balik pencurian yang tampaknya sepele ini? Hasil investigasi lapangan dan penelusuran harga barang bekas mengungkap pola yang jelas.
Kabel tembaga bekas masih menjadi komoditas dengan nilai jual tinggi di pasar gelap. Begitu pula dengan pompa air, yang bisa dengan mudah dilego atau bahkan digunakan untuk keperlasan pribadi. Modusnya seringkali sederhana: menunggu malam hari atau saat taman sepi, lalu beraksi cepat memreteli instalasi yang baru dipasang.
Yang menarik, Pemkot sebenarnya sudah memasang CCTV di sejumlah titik. Tapi, Yuli dengan jujur mengakui keterbatasan teknologi. “CCTV itu ada, tapi penjagaan tidak bisa hanya mengandalkan kamera. Ini seperti punya senjata tapi tidak punya pasukan. Masyarakatlah pasukan terdepannya,” katanya, menyampaikan pesan inti dari seluruh masalah ini: krisis kepemilikan bersama.
Ajakan yang Terdengar Klise, tapi Masih Relevan
Ajakan untuk ikut menjaga fasilitas publik mungkin terdengar klise dan terus diulang-ulang. Namun, dalam konteks Bandung yang sedang gencar membenah diri, ajakan ini adalah sebuah kebutuhan mendesak.
“Kalau taman kita bagus, bersih, tertib, yang menikmati juga masyarakat sendiri. Jadi kami menghimbau untuk bersama-sama menjaga, tidak merusak, tidak melakukan vandalisme, dan tidak mengambil fasilitas taman,” pungkas Yuli.
Pesan ini bukan sekadar retorika pemerintah. Ini adalah seruan untuk membangun kesadaran kolektif. Ketika sebuah pompa atau kabel dicuri, yang dirugikan bukan hanya Pemkot, melainkan setiap warga yang kehilangan haknya untuk menikmati ruang publik yang layak.
Jadi, lain kali Anda berkunjung ke taman dan melihat sesuatu yang mencurigakan, jangan diam saja. Laporkan. Karena melindungi taman kota sama artinya dengan melindungi hak kita sendiri untuk bernapas dan bersantai di ruang hijau yang indah. (**)













