“Bencana di negeri ini bukan sekadar alam, tetapi rencana tanpa pengawasan, izin ditekan demi cuan, dan hutan ditebang tanpa malu.”
LOCUSONLINE, SUMATRA BARAT – Banjir bandang dan longsor sudah menggulung permukiman, ribuan nyawa melayang, puluhan ribu mengungsi, dan tumpukan kayu ilegal masih jadi misteri siapa yang potong. Barulah pada Kamis (4/12) pagi, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka muncul dengan gaya mud touring pakai sepeda motor trail dibonceng Paspampres, menyusuri Agam yang lebih mirip zona pasca-apokaliptik daripada wilayah administrasi Republik.
Cuaca cerah, langit biru, tapi sisa bencana menegaskan satu hal: rakyat sudah lama tenggelam sebelum pejabat datang.
Jalanan becek, rumah nyaris rata, gelondongan kayu berserakan layaknya etalase ilegal logging versi outdoor. Gibran tampak berhenti di beberapa titik, menyapa warga, dan menengok reruntuhan sambil mencatat aspirasi harfiah ditulis di buku kecil, seakan bencana ini hanyalah rapat singkat to-do list.
Gubernur Sumbar Mahyeldi mendampingi, sementara Gibran mendatangi posko pengungsian BNPB sekitar pukul 07.30. Anak-anak diberi mainan, boneka, hingga buku tulis. Upaya menghibur yang tampak manis, meski tak sepenuhnya menutup fakta: rumah mereka hilang, keluarga mereka hilang, masa depan mereka ikut hanyut.
Bantuan logistik disalurkan: makanan, kebutuhan pokok, perlengkapan harian. Di antara tas bantuan itu, terselip kenyataan pahit bahwa evakuasi sudah beberapa hari, sedangkan pejabat baru terlihat hari ini.
Baca Juga : Jembatan Putus, Anak Sekolah Di Bungbulang Bertaruh Nyawa, Pemerintah Daerah Bertaruh “Alasan”
Data Korban: Angka yang Tak Pantas Jadi Rutinitas
Per 3 Desember 2025:

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”









