ArtikelBencanaNasionalNewsOpini

Menteri Bahlil Cari Muka Sebut Listrik 97 Persen Menyala, Fakta Lapangan Baru 60 Persen

bhegins
×

Menteri Bahlil Cari Muka Sebut Listrik 97 Persen Menyala, Fakta Lapangan Baru 60 Persen

Sebarkan artikel ini
Gemini Generated Image 3khm9w3khm9w3khm
Gambar Istimewa Ai

LOCUSONLINE, ACEH – Satu lagi episode data manis untuk bos, realita pahit untuk rakyat. Anggota DPR RI dari Partai Gerindra, TA Khalid, menyebut Menteri ESDM Bahlil Lahadalia telah menyajikan laporan yang jauh dari kenyataan kepada Presiden Prabowo Subianto soal progres pemulihan listrik pasca banjir dan longsor di Aceh.

Versi Bahlil kepada Presiden: listrik menyala 93 persen (7 Desember) dan 97 persen (8 Desember).
Versi lapangan menurut Khalid: baru 60 persen.

tempat.co

Jika angka pemerintah boleh meroket tanpa sensor, maka krisis pasokan listrik di 18 kabupaten/kota terdampak bencana di Aceh resmi memasuki babak statistik fiksi tingkat kementerian.

Khalid tak pakai basa-basi, “Jangan bohongi Presiden. Rakyat sedang kena bencana, butuh listrik, butuh kepastian,” ujarnya, Selasa (9/12/2025).

Di tengah rumah hanyut, logistik terlambat, dan warga bertahan di titik pengungsian, data listrik adalah instrumen krusial untuk menentukan strategi penanganan. Salah data, salah kebijakan. Salah kebijakan, rakyat tambah sengsara.

Dampak Pembelokan Data:

  • Penanganan bencana menjadi lambat karena indikator pemulihan tidak sesuai fakta.
  • Alokasi anggaran dan hunian sementara berpotensi dipangkas karena dianggap “sudah pulih”.
  • Pemerintah daerah bisa menjadi sasaran amarah rakyat karena dianggap tidak becus, padahal angka pusat sudah dimanipulasi.

Khalid memperingatkan, “Bisa jadi saat hunian sementara dibangun, data sesungguhnya juga ikut dikurangi. Ini mengadu pemimpin lokal dengan rakyatnya.”

Baca Juga : Lahan Sawah Jadi Pabrik, Penyidikan Jalan di Tempat, Kejelasan Hukum Masih Absen

Bahlil sendiri pada 7–8 Desember menyampaikan laporan progres listrik menyala hampir sempurna di hadapan Presiden. Masalahnya, saat angka itu dipublikasikan, ribuan warga di Aceh tengah gelap gulita, sinyal telekomunikasi putus, dan evakuasi masih bergantung pada logistik manual.

Kasus ini tidak sekadar soal kabel, gardu, atau trafo. Ini soal transparansi pejabat negara ketika negara sedang darurat. Yang dibutuhkan Presiden bukan presentase berkilau, tetapi laporan yang siap digunakan untuk mengambil keputusan nyata.

Tinggalkan Balasan

banner-amdk-tirta-intan_3_1
previous arrow
next arrow