“Yang penting dijaga bersama. Ini aset ketahanan pangan, bukan alat pribadi,” tegasnya.
Ia menambahkan, traktor tersebut bersifat serbaguna. Tak hanya untuk mengolah sawah padi, tetapi juga lahan perkebunan dan pertanian lain seperti sayuran. Artinya, alat ini diharapkan bekerja lebih sering di lapangan ketimbang diam di gudang.
Sebagai informasi, traktor merupakan mesin mekanisasi pertanian yang berfungsi untuk membajak, menggemburkan, dan meratakan tanah dengan bantuan alat tambahan. Dibanding cara manual, traktor jauh lebih efisien dan mampu mempercepat proses tanam hingga panen.
Adapun dua komponen utama yang menyertai traktor ini adalah singkal dan rotary. Singkal berfungsi membalik tanah pada pengolahan awal, menghasilkan bongkahan tanah kasar yang efektif untuk membenamkan sisa tanaman. Sementara rotary bekerja dengan pisau berputar untuk menggemburkan tanah secara lebih halus dan cepat, sehingga lahan lebih siap tanam.
Singkatnya, singkal itu kerja kasar tapi fundamental, rotary itu kerja cepat dan rapi. Keduanya saling melengkapi seperti niat baik pemerintah dan keseriusan petani di lapangan.
Kini, bola ada di tangan para penerima. Traktor sudah datang, pembinaan disiapkan. Tinggal satu hal yang diuji: apakah alat ini benar-benar bekerja di tanah, atau malah lebih sering nongkrong jadi inventaris.*****
“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”
