Namun, Coky juga mengingatkan, pekerjaan rumah belum selesai. Setelah infrastruktur dibenahi, tantangan berikutnya adalah penataan pedagang kaki lima (PKL). Pasalnya, masih banyak kios di dalam pasar yang kosong, sementara trotoar justru ramai dijadikan lapak.
“Ke depan perlu penataan dan penyeragaman PKL. Trotoar jangan lagi jadi tempat jualan,” ujarnya.
Pasar Induk Guntur sendiri berdiri di atas lahan hampir 4 hektare dengan sekitar 1.800 kios belum termasuk PKL. Dengan jumlah pedagang yang sangat banyak dan komoditas yang lengkap, pasar ini memang menjadi pasar induk Kabupaten Garut. Masalahnya, semakin lengkap, semakin rumit jika tak ditata.
Iwapa pun meminta para pedagang ikut menjaga infrastruktur yang baru diperbaiki. Harapannya sederhana tapi realistis: jangan sampai perbaikan yang baru dinikmati setahun, rusak lagi karena abai bersama.
Empat dekade menunggu akhirnya dibalas perbaikan. Kini tinggal satu ujian: apakah Pasar Ciawitali hanya cantik sebentar, atau benar-benar bertransformasi jadi pasar induk yang layak bukan cuma besar, tapi juga bersih dan tertib.*****

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”









