[Locusonline.co, JAKARTA] – Gelombang kendaraan listrik (EV) dari China tidak hanya mengubah peta pasar otomotif Indonesia, tetapi juga merevolusi cara masyarakat mengakses teknologi ramah lingkungan ini. Pada tahun 2025, pasar otomotif Indonesia diserbu oleh belasan model mobil listrik baru dari berbagai merek asal Tiongkok.
Ekspansi besar-besaran ini berhasil mendorong harga EV menjadi lebih terjangkau. Di sisi lain, hal tersebut juga memicu kompetisi yang semakin sehat dan mendorong pertumbuhan ekosistem elektrifikasi secara keseluruhan di dalam negeri.
Ledakan Penawaran dan Demokratisasi Harga
Tahun 2025 menjadi tahun di mana konsumen Indonesia mendapatkan pilihan EV yang belum pernah terjadi sebelumnya. Selain itu, pasar juga diramaikan oleh kehadiran lima merek pendatang baru, seperti Jaecoo, Denza, Geely, Xpeng, dan Changan.
“Dampak positifnya adalah demokratisasi elektrifikasi dan kompetisi harga yang makin sehat,” kata Yannes Martinus Pasaribu, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Pernyataan ini merujuk pada tren harga yang semakin terjangkau. Misalnya, EV terbaru BYD, Atto 1, berhasil menarik perhatian dengan harga di bawah Rp200 juta dan terjual hampir 18.000 unit hanya dalam dua bulan.
Data dari Gaikindo menunjukkan bahwa strategi harga ini berhasil. Penjualan mobil listrik China di Indonesia melonjak 119% menjadi lebih dari 76.000 unit pada periode Januari hingga November 2025.
Efek Berantai Bagi Ekosistem dan Industri Dalam Negeri
Gelombang kedatangan EV murah ini bukan sekadar soal penjualan unit. Selain itu, hal ini juga menciptakan efek berantai positif bagi industri otomotif lokal secara lebih luas.
Yannes Martinus Pasaribu menjelaskan bahwa volume pasar yang membesar akan menjadi katalisator investasi. “Volume pasar EV yang semakin besar diprediksi akan mendorong investasi perakitan lokal, rantai pasokan komponen, penyerapan tenaga kerja, serta pembangunan fasilitas pendukung seperti SPKLU menjadi semakin masif,” ujarnya.
Dengan kata lain, semakin banyak EV yang terjual, semakin kuat insentif bagi perusahaan untuk melakukan investasi di dalam negeri. Investasi ini, pada akhirnya, akan memperkuat struktur industri otomotif Indonesia dalam menghadapi era elektrifikasi.
Tantangan dan Masa Depan Pasar EV Indonesia
Meskipun trennya positif, pasar EV Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan. Infrastruktur pengisian daya atau Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) masih perlu dikembangkan lebih masif untuk mendukung pertumbuhan pengguna. Di sisi lain, kesadaran dan edukasi masyarakat tentang manfaat dan perawatan EV juga perlu terus ditingkatkan.
Namun, dengan gencarnya inovasi dan persaingan harga dari para pemain, terutama dari China, masa depan mobilitas listrik di Indonesia terlihat semakin cerah. Gelombang mobil listrik murah ini tidak hanya menawarkan alternatif transportasi, tetapi juga mempercepat transisi energi nasional.
Untuk memahami lebih dalam kebijakan pemerintah dalam mendukung industri kendaraan listrik, Anda dapat membaca perkembangan terbaru mengenai insentif fiskal untuk kendaraan listrik dari Kementerian Keuangan RI. Selain itu, analisis komprehensif mengenai roadmap elektrifikasi nasional dapat diakses dalam laporan khusus Gaikindo tentang industri otomotif Indonesia.













