LOCUSONLINE, PURWAKARTA – Sebuah eksperimen agri-militer tengah berlangsung di Desa Gunung Hejo, Kecamatan Darangdan, Purwakarta. Di atas lahan tidur seluas 200 hektare, tangan-tangan petani pemula bersatu dengan sepatu lars TNI Angkatan Darat, mencoba menumbuhkan tak hanya pohon durian dan pete, tapi juga optimisme yang sempat layu. Minggu, 6 Juli 2025
Proyek bernama “Agroforestri” ini digagas sejak akhir Februari 2025. Hasilnya? Belum bisa bikin surplus beras nasional, tapi cukup membuat warga tak lagi hanya mengandalkan obrolan warung sebagai aktivitas harian.
Jhoni, salah satu petani yang baru mengenal cangkul setelah ikut pelatihan kilat, mengaku senang walau panen cabai rawitnya belum bisa jadi bahan sambal satu RT. “Dulu nganggur, sekarang minimal ada kesibukan dan pelatihan. Kami jadi lebih percaya diri meski belum bisa ekspor,” ujarnya sambil memandangi kebun lengkeng yang baru tumbuh sepaha.
Berkat bimbingan intensif selama 30 hari dari TNI—yang biasanya lebih akrab dengan medan perang ketimbang ladang pete—masyarakat diajari mulai dari menyemai bibit hingga membedakan gulma dari tanaman sah. Progres pertanian mulai terlihat, meski kadang bedeng lebih mirip barak.
Baca Juga :
PERURI Tancap Gas! Digitalisasi Pertanian Garut dengan Teknologi IoT dan Smart Farming
Program ini diklaim bukan cuma soal cabai dan mangga, tapi soal mencangkul masa depan. Lapangan kerja terbuka, ekonomi desa berdenyut, dan warga mulai mengganti obrolan soal pinjol dengan diskusi harga pupuk.
