“Desa Krisis Air, Solusinya: Geofisika, Gotong Royong, dan Mobil Damkar”
LOCUSONLINE, GARUT — Di negeri agraris yang katanya kaya sumber daya alam, ada kampung bernama Cibadak-1, Desa Pasirwaru, Kecamatan Blubur Limbangan, yang setiap kemarau tidak berbicara tentang panen, tapi tentang kelangkaan air dan antrean jeriken. Saking parahnya, pemerintah setempat harus mengirim air pakai mobil pemadam kebakaran. Bukan karena desa terbakar, tapi karena akses air bersih terbakar habis oleh ketidakpedulian struktural. Jumat, 25 Juli 2025
Untunglah, negara punya cadangan harapan bernama mahasiswa.
Himpunan Mahasiswa Geofisika “PEDRA” Universitas Padjadjaran bersama Tim PKM hadir dengan solusi yang tidak bisa dijanjikan dalam rapat Musrenbang: teknologi, ilmu pengetahuan, dan niat baik. Lewat program Bina Desa 2025, mereka tak sekadar studi lapangan, melainkan turun tangan karena tangan pemerintah sudah terlalu sering dilipat.
Di tengah medan berbukit dan tanah keras kepala yang tak mau mengeluarkan air, para mahasiswa ini membawa alat Vertical Electrical Sounding (VES) semacam pendeteksi harapan dalam bentuk gelombang listrik. Mereka menemukan titik yang berpotensi menyimpan air di kedalaman 120 meter. Kedalaman yang mungkin sama dengan hilangnya kepekaan birokrasi terhadap penderitaan rakyat.
Namun sayangnya, air bersih tak bisa diseru hanya dengan alat dan semangat. Butuh uang. Sekitar Rp150 juta. Maka mulailah mereka mengetuk pintu donatur: Yayasan Rumah Wakaf, Rumah Zakat, dan Teladan Rasul. Lalu, pada 19 Juli 2025, dilakukan prosesi peletakan batu pertama sebuah seremoni sederhana yang justru lebih bermakna dibanding ratusan groundbreaking megaproyek mercusuar yang minim manfaat langsung ke rakyat.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”