LOCUSONLINE, BANDUNG — Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat merilis data terbaru yang memperlihatkan wajah ganda pembangunan di provinsi terpadat di Indonesia: angka kemiskinan menurun, tetapi jumlah pengangguran justru meningkat.
Plt Kepala BPS Jawa Barat, Darwis Sitorus, menyampaikan bahwa pada Maret 2025 jumlah penduduk miskin tercatat sebanyak 3,65 juta jiwa atau 7,02 persen dari total penduduk. Angka ini menurun tipis dari Agustus 2024 yang mencatat 3,67 juta orang miskin atau 7,08 persen. Penurunan hanya 0,06 persen poin.
Namun di balik capaian tersebut, data juga mengungkapkan kabar lain yang tak kalah penting: jumlah pengangguran di perkotaan melonjak dari 1,7 juta menjadi 1,8 juta orang bertambah 100 ribu penganggur baru dalam enam bulan terakhir.
Darwis menjelaskan, penurunan angka kemiskinan banyak disumbang oleh wilayah pedesaan yang mengalami perbaikan kondisi ekonomi. Sebaliknya, kota-kota di Jawa Barat justru menunjukkan tren kemunduran. Kenaikan harga bahan pokok seperti beras disebut menjadi faktor utama yang memukul daya beli masyarakat urban.
“Peningkatan kemiskinan di perkotaan tidak bisa semata-mata dilihat sebagai dampak urbanisasi. Wilayah kota memang secara administratif lebih luas di Jawa Barat, dan tekanan biaya hidup di kota jauh lebih tinggi,” ujarnya.
Darwis menambahkan, struktur harga di kawasan perkotaan mengalami lonjakan yang tak sebanding dengan kenaikan pendapatan. Ini menjadi salah satu faktor krusial yang menekan kelompok masyarakat rentan di kawasan urban.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”