LOCUSONLINE, JAWA BARAT — Dunia maya kembali gempar. Bukan karena promo belanja daring, tapi karena hacker yang menyebut dirinya “DigitalGhostt” mengaku telah merampas data pribadi 4,6 juta warga Jawa Barat. Tak hanya membobol, sang peretas juga menyempatkan diri menyindir pertahanan siber Indonesia yang dianggap lebih sibuk rebahan daripada menjaga sistem. Senin, 28 Juli 2025
Dalam unggahannya di platform X (sebelumnya Twitter) pada 10 Juli 2025 pukul 16.33 WIB, sang “hantu digital” ini menulis dengan gaya khas hacker: tajam, satir, dan… menyebalkan.
“Hello Indonesian people (especially the people of West Java), could your personal data be in my possession? Where is the cyber defense? Is it asleep on a pile of money?”
Tak tanggung-tanggung, unggahan itu disertai tangkapan layar dari sebuah forum dark web yang menawarkan “database 4,6 juta warga Jabar” lengkap dengan logo resmi Pemprov Jawa Barat dan label Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah (Pemotda). Data yang dibobol konon mencakup NIK, nama lengkap, alamat, email, hingga pekerjaan.
Baca Juga : KORPRI GARUT: Dari Wadah ASN Menuju Warung Bancakan Berjamaah
Namun, tak semua pihak senang difitnah di ruang gelap internet. Kepala Biro Pemotda Jawa Barat, Faiz Rahman, buru-buru angkat bicara. Ia menyatakan pihaknya tidak pernah mengolah data pribadi masyarakat. Kalau pun logo lembaganya tercantum, itu cuma tempelan liar.
“Kami hanya dicatut. Biro Pemotda tidak mengumpulkan data identitas warga,” kilah Faiz, seolah menepis keterlibatan institusinya dari drama digital ini.
Meski belum ada verifikasi resmi terhadap otentisitas data yang bocor, aroma kegentingan tetap menyengat. Apalagi menurut pakar keamanan siber dari ITB, Budi Rahardjo, kemungkinan kebocoran ini nyata adanya.
“Biasanya sih betul ya. Harus diverifikasi, tapi biasanya memang betul… bobol,” ujar Budi, dengan nada yang mengisyaratkan: “Kami sudah sering bilang, tapi siapa yang dengar?”
Menambah daftar kegelisahan, muncul akun lain bernama @H4ckmanac yang mengklaim bahwa DigitalGhostt adalah hacker yang sama yang pernah menembus sistem Kementerian Pertahanan dan membawa kabur 700 ribu data.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”