“Presiden Prabowo Subianto kembali memamerkan deretan angka manis: pengangguran turun ke 4,76%, kemiskinan ditekan jadi 8,47% katanya rekor terendah sepanjang sejarah. Pertanyaannya, kalau rakyat makin sejahtera di atas kertas, kenapa di pasar harga beras masih bikin kantong bolong?”
LOCUSONLINE, JAKARTA – Dalam pidato penyampaian RAPBN 2026, Prabowo mengklaim telah membuka 3,6 juta lapangan kerja baru dan menjaga stabilitas ekonomi. Ia menyebut dukungan semua komponen bangsa berhasil melindungi Indonesia dari guncangan.
“Ekonomi triwulan II tumbuh 5,12% year on year, ekspor naik 10,67% berkat hilirisasi, dan konsumsi masyarakat meningkat 4,97%,” kata Prabowo. Singkatnya, grafik naik, rakyat senyum. Setidaknya begitu versi podium kenegaraan.
Baca Juga : 80 Tahun Merdeka, Rakyat Masih Jadi Penyewa di Negeri Sendiri
Namun, realitas lapangan sering kali tak ikut naik seiring grafik. Lapangan kerja yang disebut tercipta, banyak hanya berbentuk kontrak harian tanpa jaminan masa depan. Angka kemiskinan memang bisa ditekan lewat hitungan BPS, tapi di meja makan rakyat, lauk pauk tetap makin tipis.
ICW, ekonom independen, dan pengamat sosial kerap menyoroti betapa data pemerintah kerap lebih jago bikin narasi ketimbang bikin rakyat kenyang. Statistik memang turun, tapi antrean bansos tetap panjang, dan utang negara tetap menumpuk.
Dalam logika politik, ekonomi bisa disebut stabil asalkan presentasi di layar besar terlihat kinclong. Sementara rakyat cukup diminta percaya, meski setiap kali belanja di warung, yang dirasakan justru stabilnya kenaikan harga.(Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”