“Aliansi BEM UI: jangan ada lagi yang bawa nama UI sesuka hati. Sebab kalau terus begini, bukan cuma reputasi akademik yang dipertaruhkan, tapi juga harga diri mahasiswa yang selalu jadi bahan komedi politik.”
LOCUSONLINE, JAKARTA – Drama dualisme kepemimpinan BEM Universitas Indonesia makin seru. Kalau sinetron biasanya rebutan cinta, di UI rebutan kursi BEM. Kamis (4/9/2025), Aliansi BEM se-UI resmi menolak Agus Setiawan si “BEM Ungu” versi rektorat yang tiba-tiba nongol di DPR sebagai wakil mahasiswa UI.
Lewat akun Instagram @bemui_official, BEM se-UI (alias kubu Kuning) menyatakan Agus itu ibarat “undangan kondangan palsu” datang tanpa ajakan resmi, bawa nama UI sesuka hati. Mereka menuntut Agus bertanggung jawab agar nama kampus gak terus jadi bahan parodi nasional.
Isi sikap BEM se-UI pun cukup lugas dan agak sinis:
- Tak ada undangan resmi. Audiensi DPR itu lebih mirip nongkrong dadakan ketimbang forum akademik.
- Minim substansi. Kajian yang dibawa Agus disebut “tipis kaya tisu toilet,” tidak merepresentasikan tuntutan mahasiswa.
- Ngaku-ngaku representasi. Agus melenggang tanpa koordinasi dengan aliansi BEM se-UI.
- Minta transparansi. Kajian Agus harus dipublikasikan agar jelas, biar gak jadi bahan meme “kajian rahasia”.
Masalah makin absurd sejak UI punya dua BEM:
BEM Kuning: hasil pemilihan mahasiswa, sah, diakui publik.
BEM Ungu: bentukan rektorat, katanya legal tapi dianggap “aspal” alias asli tapi palsu.
Agus, sang ketua “Ungu”, dianggap main serobot, seolah-olah seluruh mahasiswa UI berdiri di belakangnya. Padahal, mahasiswa UI sendiri bingung: “kok kampus jadi kayak partai politik yang punya faksi?”(Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”