“Dengan adanya CCTV, kini mungkin rakyat bisa berharap, jika bukan perut mereka yang diawasi, setidaknya panci dan wajan tak lagi semena-mena. Sayangnya, meski kamera bisa merekam semua proses, tetap saja tak ada CCTV yang sanggup mengawasi rasa lapar rakyat yang berharap “gratis” benar-benar berarti bergizi, bukan tragis.”
LOCUSONLINE, JAKARTA – Setelah ribuan perut rakyat menjelma jadi sirene darurat akibat keracunan massal Makan Bergizi Gratis (MBG), pemerintah akhirnya menemukan jurus pamungkas: pemasangan CCTV di dapur. Kamera pengintai ini diklaim bisa langsung terhubung ke pusat, seakan perut rakyat kini resmi masuk daftar objek vital nasional.
Tak cukup kamera, pemerintah juga mewajibkan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS). Dengan begitu, dapur MBG bukan lagi sekadar tempat masak nasi gratis, tapi juga ruang sidang bagi bakteri yang diam-diam selama ini jadi bintang tamu.
Anggota Komisi IX DPR, Nurhadi, pun menyambut langkah ini dengan hati-hati.
“Itu langkah penting untuk memperbaiki sistem. Tapi jangan berhenti di CCTV dan sertifikat saja,” katanya, mengingatkan bahwa bakteri tak pernah takut kamera.
Baca Juga : SPPG Ditutup, Siswa Dirawat: Gratisan yang Membuat Rakyat Bayar Mahal
Nurhadi menegaskan, solusi sebenarnya ada di pembenahan menyeluruh: mulai dari proses pengadaan, distribusi, kualitas bahan, hingga kapasitas SDM penyelenggara. Menurutnya, kamera memang bisa merekam, tapi tak bisa mencegah nasi basi atau ayam goreng yang sudah akrab dengan Salmonella.
Ia bahkan mengusulkan pembatasan porsi dapur.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














