“Satu hal menjadi terang-benderang nasib ekonomi Indonesia kini resmi dititipkan pada volume kritik media. Kalau ekonomi melemah lagi, mungkin para wartawan harus bersiap jadi tersangka fiskal tingkat nasional.”
LOCUSONLINE, JAKARTA – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa kembali bikin panas ruang redaksi se-tanah air. Dalam acara bertajuk manis Run for Good Journalism, Purbaya justru melempar bola panas: bisnis media ambruk karena jurnalisnya kurang galak mengkritik pemerintah. Sebuah analisis fiskal khas era baru ketika kesehatan ekonomi nasional konon tergantung seberapa kencang wartawan memarahi pejabat.
Melansir berita idncitizen.com. Purbaya mengatakan para pemimpin redaksi yang ia temui sudah curhat duluan iklan seret, pembaca minggat, dan bisnis media ngos-ngosan. Namun alih-alih menawarkan solusi fiskal, sang Menkeu memberi resep sederhana lebih banyak kritik, ekonomi membaik.
“Ya itu karena Anda kemarin-kemarin nggak protes cukup banyak,” kata Purbaya, seolah ekonomi adalah motor bebek yang mogok karena kurang dimarahi.
Purbaya bahkan menuding pelemahan ekonomi sebelumnya ikut dipengaruhi oleh meredupnya suara pers. Sebuah teori hubungan sebab-akibat yang mungkin hanya bisa lahir dalam pertemuan informal antara Menkeu dan pemimpin redaksi: bila jurnalis diam, ekonomi pilek; kalau kritik naik, pertumbuhan ikut on fire.
“Ke depan mesti kritik, kasih masukan biar kita nggak jatuh lagi ekonominya. Jadi, ekonomi melambat, jurnalis juga berdosa,” ujarnya sebuah doktrin fiskal bercampur tata cara tobat massal.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














