[locusonline.co, KOTA BANDUNG] – Pariwisata Jawa Barat menunjukkan denyut nadi yang kuat sepanjang 2025. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) mengkonfirmasi gelombang kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) yang terus melaju, dengan 175,57 juta perjalanan tercatat dari Januari hingga Oktober. Angka ini melonjak 28,73% dibandingkan periode sama tahun 2024, menandakan pemulihan dan vitalitas sektor ini pasca-pandemi.
Bogor dan Bandung: Dua Raksasa Destinasi
Analisis BPS terhadap daerah tujuan mengukuhkan dominasi dua wilayah. Kabupaten Bogor menjadi magnet utama dengan 26,07 juta kunjungan, didorong oleh daya tarik alam dan keluarga seperti Kebun Teh Puncak, Taman Safari Indonesia, dan deretan air terjunnya. Di posisi kedua, Kota Bandung tak kalah sibuk dengan 19,84 juta perjalanan, mengandalkan pesona kuliner, belanja, dan wisata kreatif yang terus berinovasi.
Lima besar daerah tujuan lainnya melengkapi peta persebaran wisatawan: Kota Bekasi (11,92 juta), Kabupaten Bandung (11,86 juta), Kabupaten Bekasi (11,03 juta), dan Kota Depok (10,07 juta). Data ini mengindikasikan bahwa pusat-pusat perkotaan dan kawasan penyangga ibukota tetap menjadi penyumbang pergerakan wisata terbesar.
Whoosh: Pendongkrak Sekaligus Tantangan Bagi Wisatawan Mancanegara
Kehadiran Kereta Cepat Whoosh terbukti menjadi game-changer bagi kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Pada Oktober 2025, sebanyak 16.431 wisman tiba di Jawa Barat melalui moda transportasi canggih ini. Singapura menjadi negara asal terbesar, menyumbang 30,46% dari total penumpang wisman Whoosh.
Namun, data juga mengungkap fluktuasi. Kedatangan wisman via Whoosh pada Oktober 2025 tercatat turun 17,30% dibanding bulan sebelumnya (September: 19,867 kedatangan). Tren ini menyisakan tantangan sekaligus ruang analisis bagi pemangku kebijakan untuk menjaga konsistensi daya tarik dan aksesibilitas.
Kinerja Akomodasi: Sinar Terang di Purwakarta dan Bandung
Indikator kesehatan sektor akomodasi, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), menunjukkan hasil beragam. Secara gabungan (hotel bintang dan non-bintang), TPK Jawa Barat pada Oktober 2025 mencapai 38,90%, naik 2,57 poin dari bulan sebelumnya.
Pencapaian tertinggi justru datang dari Kabupaten Purwakarta, yang berhasil mencatatkan TPK fantastis sebesar 65,44% untuk hotel berbintang, kemungkinan didukung oleh kedekatannya dengan kompleks industri dan kawasan TOD (Transit Oriented Development) Kereta Cepat. Sementara untuk hotel non-bintang, Kota Bandung memimpin dengan TPK 39,26%, mencerminkan tingginya permintaan akomodasi hemat di ibu kota provinsi.
Implikasi dan Proyeksi Ke Depan
Lonjakan signifikan wisatawan nusantara menjadi pondasi kuat bagi perekonomian daerah. Namun, ketergantungan pada beberapa daerah tujuan utama dan fluktuasi kunjungan wisman perlu diantisipasi dengan strategi pemasaran yang lebih terdiferensiasi dan berkelanjutan.
Peningkatan TPK, meski belum optimal, memberikan sinyal positif bagi pelaku usaha akomodasi. Kombinasi antara daya tarik destinasi unggulan, dukungan infrastruktur modern seperti Whoosh, dan kinerja akomodasi yang terus dipacu, diharapkan dapat mengerek pertumbuhan pariwisata Jawa Barat ke level yang lebih tinggi dan inklusif pada kuartal-kuartal mendatang. (**)













