LOCUSONLINE, GARUT – Hujan sehari semalam mengguyur Kampung Palahan, Desa Margalaksana, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut. Akibatnya, jembatan penghubung dari Kampung Rancamunding ke Kampung Palahan di aliran Citali runtuh sekitar tengah malam pukul 00.00.
Namun bukan itu berita utamanya yang jadi sorotan adalah aksi nekat ratusan anak sekolah yang terpaksa bertaruh nyawa demi tetap bisa menuntut ilmu. Ironisnya, pemerintah daerah tampaknya masih betah pada posisi favorit mereka: diam, mengangguk, dan menyusun rencana rapat lanjutan yang tak kunjung terjadi.
Menurut laporan warga, jembatan yang roboh ini sebenarnya sudah lama menunjukkan tanda-tanda “ingin pensiun dini”. Namun, seperti biasa, laporan warga hanya berakhir menjadi tumpukan kertas yang tersenyum manis di atas meja kantor desa menunggu tindakan yang tak jelas kapan datangnya.
Di sisi lain, pihak pemerintah daerah disebut-sebut tengah sibuk. sibuk menyusun anggaran penyusunan anggaran, sibuk rapat membahas rencana rapat dan tentu saja sibuk “mengawasi dari jauh” lewat grup WhatsApp.
Sementara itu, anak-anak sekolah tiap pagi harus mempraktikkan uji nyali level dewa demi menyeberang sungai dengan sisa-sisa kayu dan batu, seakan sedang syuting acara petualangan.
Baca Juga : Kotak 9 Bukan Tempat Selingkuh, Itu Talent Pool Bukan Hotel Transit ASN
Ketika dikonfirmasi, salah satu pejabat daerah memberikan jawaban standar yang sudah dihafal sejak masa orientasi
“Kami akan tindaklanjuti.”
Beliau tidak menjelaskan tindaklanjut yang mana tindak lanjut mengecek atau tindak lanjut menunda pengecekan atau tindak lanjut memindahkan laporan ke folder bernama “Nanti Dulu”.
“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”
