BisnisNews

Dari Genggaman Digital ke ‘Genggaman’ Pasar, Kisah SUPA Naik 94% Pasca-IPO & Polemik ‘Bubble’ di Era Bank Digital

rakyatdemokrasi
×

Dari Genggaman Digital ke ‘Genggaman’ Pasar, Kisah SUPA Naik 94% Pasca-IPO & Polemik ‘Bubble’ di Era Bank Digital

Sebarkan artikel ini
Dari Genggaman Digital ke 'Genggaman' Pasar, Kisah SUPA Naik 94% Pasca IPO & Polemik 'Bubble' di Era Bank Digital locusonline featured image

[Locusonline.co, Jakarta]PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA), atau yang dikenal luas sebagai Superbank, tidak sekadar masuk ke panggung bursa; mereka membuat grand entrance yang spektakuler. Sejak resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 17 Desember 2025, saham bank digital besutan grup Grab dan Emtek ini terus meroket.

Hingga penutupan perdagangan Jumat (19/12), harga saham SUPA telah menguat hampir 94% menjadi Rp 1.230 dari harga IPO-nya yang sebesar Rp 635. Kenaikan ini bukan hanya sekadar euforia semata, tetapi juga diiringi oleh kinerja fundamental yang tumbuh dengan pesat hingga kuartal ketiga 2025.

tempat.co

1. Dibalik Loncatan 94%: Fundamental atau FOMO?

Pergerakan saham SUPA memang luar biasa, namun sentimen pasar ini didukung oleh beberapa pencapaian konkret yang patut dicermati:

  • Kinerja Keuangan Eksplosif: Hingga November 2025, Superbank membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp 122,4 miliar. Yang lebih mencengangkan, pendapatan bunga bersihnya melonjak 165% year-on-year (YoY) menjadi Rp 1,4 triliun, menunjukkan kemampuan menghasilkan pendapatan inti yang sangat agresif.
  • Ekspansi Intermediasi yang Solid: Bank digital ini berhasil menarik kepercayaan dalam bentuk Dana Pihak Ketiga (DPK), yang tumbuh 149% YoY menjadi Rp 11,0 triliun. Di sisi lain, penyaluran kredit juga meningkat 58% YoY ke level Rp 9,3 triliun. Rasio Loan-to-Deposit (LDR) yang berada di sekitar 84.5% menunjukkan penyaluran kredit yang sehat dan terukur.
  • Pencapaian Operasional & Regulasi: Superbank telah melayani lebih dari 5 juta nasabah dengan lebih dari 1 juta transaksi per hari. Selain itu, mereka berhasil naik kelas menjadi bank dengan kategori KBMI 2, yang mensyaratkan modal inti di atas Rp 6 triliun. Status ini memberikan ruang lebih besar untuk ekspansi bisnis dan meningkatkan kredibilitas di mata nasabah korporasi.

2. Analisis Mendalam: Apakah Kenaikan Ini Berkelanjutan?

Kinerja yang fantastis ini memunculkan pertanyaan kritis: apakah Superbank sedang membangun fondasi bisnis yang kokoh, ataukah ini adalah “gelembung” (bubble) dari sektor fintech yang sedang panas?

  • Alasan Optimis (Bullish Case):
    1. Ekosistem yang Tak Tertandingi: Sebagai bagian dari grup Grab dan Emtek, Superbank memiliki akses langsung ke puluhan juta pengguna yang sudah ada. Ini adalah cheat code dalam perbankan yang tidak dimiliki pemain lama. Ini bukan sekadar bank, tetapi pintu masuk ke ekosistem gaya hidup digital terintegrasi.
    2. Cost Structure yang Efisien: Tanpa beban jaringan cabang fisik yang masif, Superbank memiliki cost-to-income ratio yang berpotensi jauh lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Efisiensi ini bisa dialihkan untuk memberikan suku bunga yang lebih kompetitif atau investasi teknologi.
    3. Pasar yang Masih Sangat Luas: Tingkat penetrasi perbankan digital dan inklusi keuangan di Indonesia masih memiliki ruang pertumbuhan yang sangat besar, terutama di segmen mikro, ritel, dan UMKM.
  • Tantangan dan Risiko (Bearish Case):
    1. Persaingan Sengit yang Akan Meningkat: SUPA bukan satu-satunya pemain. Mereka harus bersaing dengan Bank Jago (ARTO), Seabank (by Sea Ltd), Neo Commerce (BBHI), dan juga bank-bank konvensional besar yang sedang gencar bertransformasi digital. Perang merebut nasabah akan memakan biaya yang sangat besar (marketing, cashback, promo).
    2. Uji Kualitas Aset (NPL) di Masa Depan: Pertumbuhan kredit yang agresif (58% YoY) selalu diikuti oleh risiko kredit bermasalah (NPL) di kemudian hari. Ketahanan model scoring kredit digital mereka belum teruji dalam berbagai siklus ekonomi.
    3. Valuasi yang Sudah “Premium”: Dengan kenaikan hampir 100% dari harga IPO, SUPA kini diperdagangkan dengan valuasi yang tidak murah. Investor harus yakin bahwa pertumbuhan tiga digit (100%+) dapat dipertahankan dalam beberapa tahun ke depan untuk membenarkan harga saat ini.

3. Prospek dan Rekomendasi: Beli, Tahan, atau Jual?

CEO Sucor Sekuritas, Bernadus Wijaya, memberikan pandangan yang berimbang. Ia mengapresiasi fundamental yang matang pasca-IPO namun juga mengingatkan bahwa perjalanan masih panjang.

“Kombinasi pertumbuhan laba, ekspansi kredit yang terukur, serta peningkatan transaksi harian menunjukkan bahwa Superbank tidak hanya bertumbuh secara agresif, tetapi juga semakin solid dari sisi fundamental,” ujar Bernadus. “Status KBMI 2 menjadi katalis penting bagi fase pertumbuhan berikutnya sebagai emiten terbuka.”

Bagi investor, keputusan mengenai SUPA sangat bergantung pada profil risiko dan horizon waktu:

  • Investor Jangka Panjang (Growth Investor): SUPA adalah saham yang wajib ada dalam radar portofolio untuk eksposur sektor teknologi finansial (fintech) Indonesia. Potensi disruptif dan akses ekosistemnya sangat kuat. Akumulasi pada koreksi bisa menjadi strategi yang baik.
  • Investor Jangka Menengah & Trader: Waspadai volatilitas tinggi. Saham growth seperti SUPA sangat sensitif terhadap sentimen pasar, laporan kuartalan, dan perubahan kebijakan regulator (OJK/BI). Gunakan stop loss yang disiplin.

Bukan Hanya Saham, Tapi Sebuah “Eksperimen” Pasar

SUPA bukan sekadar saham bank biasa. Ia adalah proksi langsung untuk bertaruh pada masa depan ekonomi digital Indonesia. Kenaikan 94% pasca-IPO adalah validasi awal dari pasar terhadap narasi besar ini.

Namun, investor harus ingat bahwa dalam dunia digital, skala (scale) bukanlah jaminan profitabilitas. Banyak perusahaan teknologi dan fintech global yang tumbuh cepat namun baru meraih laba setelah bertahun-tahun. Kunci sukses SUPA ke depan adalah kemampuan mereka mengonversi pertumbuhan nasabah dan transaksi yang pesat menjadi profitabilitas yang berkelanjutan dan efisien.

Dengan kata lain, Superbank telah memenangkan babak pertama (euforia IPO), tetapi pertandingan sesungguhnya—membangun bank digital yang benar-benar profitable dan berdaya saing—baru saja dimulai.

Disclaimer: Laporan ini didasarkan pada data publik dan pernyataan dari Sucor Sekuritas. Informasi ini bukan rekomendasi membeli/menjual saham. Setiap keputusan investasi mengandung risiko. Lakukan riset mandiri dan konsultasi dengan penasihat keuangan sebelum bertindak.

Tinggalkan Balasan

banner-amdk-tirta-intan_3_1
previous arrow
next arrow