Dinas Kesehatan Kabupaten Garut juga mengaku sudah membuat terobosan dengan melakukan pemeriksaan ke wilayah perusahaan-perusahaan yang tersebar di Kabupaten Garut. Alasan memasuki perusahaan, karena bisa saja di wilayah itu ada juga penderita HIV Aids.
“Untuk penanganan kasus HIV di perusahaan, kami menawarkan siapa saja yang mau diperiksa, baik direksi maupun karyawan. Tim yang turun, dari Puskesmas dan dibantu pihak Dinkes Garut,” ujar Asep Surahman.
Lebihi Target Pemeriksaan Tes HIV / Aids

Asep Surahman merasa bangga dengan kerja timnya. Pasalnya, di tahun 2023 pemeriksaan atau tes sudah mencapai diangka 71.588 orang. Jumlah ini melebihi target yang ditetapkan yaitu 62.254 orang. “Padahal di Bulan September 2023 kami sudah ketar ketir tentang pencapaian yang harus kami periksa,” katanya.
Asep mengaku, ketika anggaran untuk penanggulan HIV dianggap belum mencukupi, maka pihaknya berdiskusi dengan Kepala Dinas Kesehatan, timnya kemuudian menyampaikannya ke pimpinan. Hasilnya disepakati harus ada penambahan anggaran karena dana yang disediakan sudah hampir habis.
“Anggaran yang digunakan termasuk untuk perjalanan dinas ke lokasi pemeriksaan, karena setiap orang yang bergerak diberikan honor sekitar Rp 70.000 – 100.000 perhari. Pelurunya (dana) harus kita perkuat. Alhamdulillah di SPM kita ada 12 item yang harus dituntaskan, salah satunya HIV Aids, tetapi bukan penderitanya namun jumlah terperiksanya. Dari target setahun sebanyak 62.425 dan berhasil terlewati yakni mencapai 71. 588 orang dapat diperiksa,” terangnya.
Asep menegaskan, dari jumlah sebanyak itu, orang yang terinfeksi HIVS Aids positif baru sampai dengan 5 Desember 2023 sebanyak 240 orang dan didominasi pada mereka yang memiliki prilaku seks menyimpang yakni LSL atau gay alias homoseks. “240 orang LSL positif HIV baru. Ada juga satu orang ibu hamil yang diduga tertular dari suaminya serta pengguna narkoba suntik,” jelasnya.
Sementara, berdasarkan deskripsi temuan kasus HIV baru, tahun 2023 pihak Dinkes Kabupaten Garut mengklasifikannya pada tiga bagian. Pertama berdasarkan jenis kelamin, kedua jenis pekerjaan dan ketiga berdasarkan kelompok. “Yang terinfeksi virus HIV diantaranya 151 laki-laki dan 89 perempuan. Dari jumlah ini mereka berprofesi sebagai pegawai swasta 122 orang, ASN 0, pelajar 8, mahasiswa 17 dan lainnya sebanyak 93 orang,” pungkas Asep.
Sebelumnya, salah satu warga Garut menyikapi efektifnya pengalokasikan anggaran Pemerintah untuk penanganan kasus HIV/Aids di Kabupaten Garut. Akademisi di Universitas Garut (Uniga), Agus Barkah menilai, anggaran berbasis APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) atau APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) untuk penanganan kasus HIV AIDS dan program lainnya ini tidak optimal dan kurang efektif.
“Banyak anggaran pemerintah yang seharusnya untuk penanganan program program krusial, seperti HIV/AIDS, tapi malah digunakan untuk kegiatan yang tidak bermutu seperti saresehan, seminar dan study banding,” ujarnya saat dihubungi wartawan, Rabu (20/12/2023).
Menurut pria yang akrab disapa Kang Abar ini, pengguna anggaran bisa memanfaatkan atau mengalokasikan anggaran ke program yang lebih produktif seperti pencegahan atau penanganan HIV Aids yang saat ini menjadi sebuah momok yang menakutkan bagi masyarakat.
“Harus ada langkah kongrit dari pemerintah dalam penanganan kasus kasus krusial seperti HIV AIDS ini. Dan harus lebih terbuka kepada masyarakat, jangan hanya sebatas perencanaan saja,” jelasnya.
(Asep Ahmad)

Trusted source for uncovering corruption scandal and local political drama in Indonesia, with a keen eye on Garut’s governance issues