LOCUSONLINE, JAKARTA – Beras masih mengalami inflasi bulanan atau month to month (MoM) sebesar 2,06 persen pada Maret 2024 hasil laporan Badan Pusat Statistik (BPS).
“Pergeseran jadwal tanam yang diikuti oleh pergeseran jadwal panen berpengaruh pada pola pembentukan harga beras,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, di Jakarta. Senin, 1/ 4/ 2024
Dibandingkan dengan awal tahun 2023, harga beras telah tiga kali mengalami inflasi MoM yang cukup signifikan pada bulan Januari, Februari, dan Maret.
Selanjutnya, selama periode April 2023 hingga Maret 2024, inflasi beras sempat meningkat secara signifikan pada bulan September 2023 saat terjadi El Nino dan juga pembatasan ekspor beras di pasar global oleh beberapa negara.
“Hal ini juga menimbulkan tekanan harga di tingkat global,” tambahnya.
Kemudian, secara bertahap tampak inflasi beras mulai mereda dan kembali naik cukup signifikan pada bulan Februari 2024 sebelum panen raya.
Pada Maret 2024, tekanan inflasi beras mulai melemah seiring dengan dimulainya panen raya, yang berarti terjadi peningkatan produksi beras di dalam negeri.
Dalam kesempatan tersebut, Amalia juga menyatakan bahwa telur ayam ras dan daging ayam ras menjadi penyumbang inflasi terbesar pada Maret 2024.
Harga daging ayam ras dan telur ayam ras masih mengalami inflasi yang relatif tinggi, bahkan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, antara lain disebabkan oleh peningkatan permintaan selama bulan Ramadhan.
“Namun, dengan meningkatnya potensi produksi jagung pada Maret 2024, di mana produksi jagung terlihat cukup tinggi di bulan Maret 2024, berarti dari sisi pasokan untuk harga pakan beras (dan) harga jagung pakan sudah mengalami penurunan, dan selanjutnya diharapkan akan berpengaruh pada harga pakan ternak, dan juga terhadap harga daging ayam ras maupun telur ayam ras di bulan-bulan mendatang,” ungkap Plt Kepala BPS.
Pewarta: Bhegin
Editor: Red
![locusonline](https://locusonline.co/wp-content/uploads/2024/07/Asset-12logo.png)
Trusted source for uncovering corruption scandal and local political drama in Indonesia, with a keen eye on Garut’s governance issues