LOCUSONLINE, GARUT – Kabupaten Garut terus berupaya perkuat pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas (PKRS) di tingkat SMP/sederajat. Program PKRS yang telah diterapkan di lebih dari 300 sekolah ini bertujuan untuk membekali remaja dengan pengetahuan yang tepat tentang tubuh mereka, hak-hak reproduksi, serta cara melindungi diri dari berbagai bentuk kekerasan, perundungan, dan pelecehan.
Program ini mencakup pendidikan tentang pubertas, seksualitas yang sehat, serta pencegahan praktik berbahaya seperti kehamilan di usia dini, kekerasan seksual, dan pernikahan anak.
Dimulai sebagai proyek percontohan di empat sekolah, kini program ini telah merambah di tujuh provinsi, termasuk di Jawa Barat. Salah satu implementasinya di Kabupaten Garut adalah melalui pelatihan Modul Semangat Masa Remaja (SETARA).
Iwan Ridwan, Pengawas Madrasah Kecamatan Cisompet, menilai PKRS membantu penguatan karakter siswa di madrasah. Ia juga melihat bahwa PKRS dapat meringankan beban guru dalam menyiapkan materi dan topik yang berkaitan dengan penguatan karakter, khususnya dalam tema “Bangunlah Jiwa dan Raganya” di P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila).
“Jadi kesan saya sebagai pengawas betul-betul menambah ilmu pengetahuan bagi kami untuk bisa menguatkan pendidikan karakter di madrasah-madrasah kami,” ujarnya, Jumat (20/9/2024).
Iwan Ridwan adalah salah satu dari 30 peserta dari Kementerian Agama Kabupaten Garut yang mengikuti kegiatan Pelatihan Modul SETARA selama dua hari dari Kamis hingga Jumat (19-20/9/2024), di Kampung Sumber Alam Resort. Pelatihan ini merupakan wujud implementasi dari dukungan program Power to You(th) yang dijalankan Yayasan Semak (Sekretariat Masyarakat) bekerjasama dengan Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Garut.
Modul SETARA dirancang dan disesuaikan dengan tantangan remaja saat ini, mencakup topik seperti perundungan, pubertas, kekerasan, pemilihan teman yang baik, dan kesehatan reproduksi. Modul ini telah diterapkan di tujuh provinsi, termasuk Jawa Barat.
Agus Nurdin, Ketua Yayasan SEMAK, merekomendasikan agar penerapan modul SETARA ini dilaksanakan melalui P5 yang diselenggarakan di masing-masing sekolah, dengan mengambil dimensi tema “Bangunlah Jiwa dan Raganya”. Pihaknya akan melakukan dan membantu asistensi, monitoring, dan evaluasi bersama para pengawas terhadap sekolah-sekolah di bawah naungan Dinas Pendidikan, terkait dengan pelaksanaan modul SETARA.
Selain itu, pihaknya akan membuat kajian bersama terkait dengan praktik modul SETARA di beberapa sekolah atau madrasah yang berada di bawah naungan Kementerian Agama. Hal ini penting agar modul SETARA lebih berkembang sempurna menyesuaikan dengan kondisi di satuan pendidikan.
Program Manager Power To You(th), Tatang Rahman, memberikan apresiasi atas antusiasme dan semangat yang besar dari Kabupaten Garut dalam mendukung implementasi Modul SETARA untuk pemenuhan PKRS di satuan pendidikan, khususnya di tingkat SMP dan MTs.
“Yang artinya penuh dengan kesadaran aktif dan keinginan yang besar untuk membentuk dan membangun generasi yang sehat dan bermartabat yang mendukung program Power to You(th). ”
Pengawas Pembina, Enang Cuhendi, menekankan pentingnya sinergi antara kepala sekolah, guru, dan pengawas dalam pelaksanaan PKRS, yang juga menjadi bagian dari program P5. Program ini diharapkan dapat memperkuat karakter siswa dengan memberi pemahaman mengenai hak-hak tubuh dan perlindungan dirinya dari pelecehan dan perundungan.
“Pengawas harus bisa memastikan bahwa sekolah itu bisa bersinergi di dalam mencoba untuk menggolkan program PKRS itu di sekolah,” ucapnya.
Enang mengakui bahwa penerapan PKRS memiliki banyak tantangan, di mana tidak semua kepala sekolah, guru, bahkan pengawas memahami apa itu PKRS. Maka dari itu, pihaknya menyelenggarakan pelatihan ini dalam rangka mengamankan persepsi terkait dengan PKRS.
Tantangan lainnya adalah sulitnya meyakinkan pihak sekolah beserta masyarakat akan pentingnya PKRS bagi anak. Meskipun dengan nama yang masih terdengar awam di masyarakat, lanjut Enang, PKRS memberikan wawasan kepada anak-anak terkait dengan beberapa hal, salah satunya seksualitas.
“PKRS itu tidak hanya berbicara pemahaman seksualitas secara sempit, luas gitu, bagaimana anak agar mengenal dirinya, anak tahu apa yang ada dalam dirinya, anak bisa melindungi dirinya, sampai dia bisa menolak ketika ada hal-hal yang dianggap melecehkan,” lanjutnya.
Bagi Enang, anak-anak sangatlah penting untuk mengetahui apa yang menjadi hak serta apa yang dimilikinya di dalam tubuhnya. Anak juga harus mengetahui bagaimana cara melindungi apa yang dimiliki oleh anak
anak sangatlah penting untuk mengetahui apa yang menjadi hak serta apa yang dimilikinya di dalam tubuhnya. Anak juga harus mengetahui bagaimana cara melindungi apa yang dimiliki oleh anak-anak saat ini. Untuk itu, melalui PKRS ini pihaknya ingin mewujudkan remaja sehat dan bahagia
“Kita berbicara anti pelecehan, kita berbicara bagaimana akhirnya membangun, bagaimana mental anak agar dia bisa survive dalam kehidupan,” ungkanya.
Penyelenggaraan pelatihan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Seksual (PKRS) sendiri, sebelumnya telah terlaksana di 300 sekolah oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Garut pada 6 Mei 2024 di tempat yang sama. Sosialisasi ini merupakan wujud pergerakan dan komitmen yang besar dalam usaha pencegahan dan pengambilan keputusan terkait praktik-praktik berbahaya bagi kesehatan reproduksi perempuan, perkawinan remaja, kekerasan seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Pewarta: Suradi
Editor: Bhegin