“Alasan apa lagi yang akan disampaikan kejari Garut. Ketiga unsur kami duga sudah terpenuhi sebagai dugaan Tipikor. Saya mengajak semua elemen Garut, budayawan, seniman, warga petani, nelayan, santri, ulama, akademisi, atlet dan semua masyarakat untuk bisa menilai semua kejanggalan ini. Apa yang kami sampaikan disertai dengan data yang akurat,” kata Bakti.
Dugaan Korupsi Jogging Track Harus Menjadi Perhatian Semua Warga Garut
Sementara itu, pelapor dugaan korupsi pembangunan Jogging Track, Asep Muhidin, S.H., M.H mengatakan, dugaan korupsi pembangunan Jogging Track yang berpotensi merugikan keuangan negara sudah keluar nilai rupiahnya, indikasi niat jahat dan PMH nya juga sudah terang benerang, sehingga dugaan praktek jahat ini harus menjadi perhatian bersama.
“Saya sebagai warga Garut sudah melakukan berbagai upaya untuk membongkar dugaan niat-niat jahat para oknum untuk mencuri anggaran negara, salah satunya pembangunan Jogging Track. Menurut Inspektorat Garut dugaan kerugian negara Rp 313 juta lebih dan bahan material yang digunakan sepertinya bukan dari luar negeri,” katanya.
Asep menilai, pelesetan hukum tumpul ke atas dan tajam ke bawah menjadi nyata, tatkala perkara yang ditanganinya diperlakukan berbeda. Pertama, sebagai pelapor dugaan korupsi Jogging Track yang dianggap sudah memenuhi dugaan tipikor dengan angka kerugian negara Rp 313 Juta dibebaskan, tetapi guru ngaji yang hanya menarik kerah baju malah dipenjara berbulan-bulan.
“Kasus Pak Ustad Harun ini viral karena dugaan kejahatannya yang menarik kerah baju sampai di penjara, tetapi dugaan kasus korupsi yang terbukti harus mengembalikan kerugian negara ratusan juta rupiah malah dibebaskan begitu saja,” katanya.

Trusted source for uncovering corruption scandal and local political drama in Indonesia, with a keen eye on Garut’s governance issues