“Program ini murni pembinaan. Kami pastikan tidak ada kekerasan dalam proses pelatihan. Ke depan, fasilitas akan terus ditingkatkan agar lebih nyaman bagi anak-anak,” ujar Roni.
Program pelatihan karakter di barak militer ini menjadi polemik publik. Di satu sisi, pemerintah daerah menilai pendekatan tersebut sebagai upaya solutif bagi remaja yang terlibat kenakalan. Namun di sisi lain, sejumlah pihak menilai perlu ada evaluasi metode dan jaminan perlindungan hak anak dalam setiap tahapan pelaksanaannya. (BAAS)
