“Sistem tanam ganda ini terbukti efektif. Petani mendapatkan dua sumber penghasilan dalam satu lahan,” jelasnya.
Tak hanya itu, hasil panen yang tidak memenuhi standar pasar tetap dimanfaatkan sebagai produk olahan, seperti keripik bawang putih. Inovasi ini memberi nilai tambah bagi ekonomi kreatif lokal di Majalengka.
“Kami pernah mengolah sortiran bawang menjadi keripik. Rasanya gurih dan kriuk, punya ciri khas tersendiri,” ungkap Dadan.
Ia pun berharap dukungan lebih lanjut dari pemerintah daerah maupun provinsi untuk memperkuat posisi Starmill 99 sebagai varietas strategis daerah. Menurutnya, pengembangan varietas ini bisa menjadi solusi jangka panjang dalam mengurangi ketergantungan impor bawang putih.
“Kami optimistis Starmill 99 bisa jadi bagian dari solusi nasional soal pangan. Harus ada perhatian serius agar pengembangannya berkelanjutan,” tegas Dadan.
Sebagai langkah strategis, pihak kampus bersama para pemangku kepentingan berencana menggelar ekspos varietas unggulan ini pada September 2025. Kegiatan tersebut ditujukan untuk memperkuat sinergi dalam mewujudkan kemandirian pangan berbasis potensi lokal. (BAAS)
