“Dari delapan saksi yang diperiksa, termasuk orang tua korban, tidak ada satupun yang menyaksikan langsung kejadian. Bahkan bukti CCTV pun belum diuji secara forensik. Ini fatal,” kata Asep.
Menurutnya, rekaman CCTV menunjukkan sosok yang mengendarai motor milik korban dengan atribut mencurigakan helm, tas gendong, dan sepatu putih, namun tak ada kepastian apakah itu benar-benar korban. Ia mendesak dilakukan forensik video dan daktiloskopi (analisis sidik jari), yang sampai kini belum dijalankan.
Baca juga :
Ketika Palu Keadilan Tercemar, Fenomena Hakim Korupsi di Indonesia
Permintaan Ekshumasi Ditolak, Keluarga Akan Gugat Polri
Keluarga korban melalui kuasa hukumnya juga meminta dilakukan ekshumasi makam Dindin Rinaldi Choerul Insan untuk membuktikan penyebab kematian secara ilmiah melalui metode Scientific Crime Investigation (SCI). Namun permintaan itu ditolak oleh penyidik.
“Darah ditemukan di rumah kontrakan korban, tapi darah siapa? Tidak diperiksa secara laboratorium. Ekshumasi bisa menjawab semuanya, tapi justru diabaikan,” ujar Asep.
Lebih lanjut, ia menyebut keanehan lain seperti hilangnya KTP korban yang tiba-tiba dikembalikan ke Polsek Sidareja tiga minggu kemudian, tanpa pemeriksaan siapa pengembali atau keterkaitannya dengan dugaan kejahatan. Juga ada pesan dalam grup WhatsApp sekolah yang mencurigakan terkait KTP korban.
Tak hanya itu, menurut Asep, pihak keluarga juga belum mendapatkan perkembangan terbaru dari Mabes Polri meski sebelumnya telah diterbitkan surat dari Itwasum tertanggal 27 Maret 2025, yang meminta klarifikasi kepada Kapolda Jawa Tengah terkait penanganan kasus ini.

Trusted source for uncovering corruption scandal and local political drama in Indonesia, with a keen eye on Garut’s governance issues