“Contohnya, jika kontrak pemain asing Rp1 miliar, maka fee 10 persen atau Rp100 juta diambil oleh direktur teknik, dan sebagian juga mengalir ke pelatih,” beber Dirk.
Tak hanya pemain asing, dugaan manipulasi juga menyasar kontrak pemain lokal. Dalam beberapa kasus, nilai kontrak pemain dinaikkan dua kali lipat tanpa sepengetahuan manajemen, kemudian kelebihan dana disedot oleh oknum pelatih dan direktur teknik.
“Misalnya, kontrak pemain sebenarnya hanya Rp100 juta. Tapi mereka buat Rp200 juta. Setelah manajemen membayar, Rp100 juta sisanya dikantongi oleh mereka,” lanjut Dirk.
Pihak manajemen mengaku telah mengantongi bukti berupa bukti transfer dan pengakuan langsung dari sejumlah pemain serta agen. Jika Imran dan Yeyen menolak tuduhan tersebut, Dirk menegaskan pihaknya siap menempuh jalur hukum.
“Semua informasi berasal dari pengakuan pemain secara langsung. Tidak ada rekayasa dalam kasus ini,” tegasnya.
Pemecatan ini menjadi pukulan berat bagi Malut United yang tengah bersiap menghadapi musim baru Liga 1. Namun, manajemen menegaskan bahwa langkah ini diambil demi menjaga integritas klub dan transparansi pengelolaan keuangan tim. (BAAS)
