Herman juga menegaskan loyalitasnya kepada Gubernur dan Wakil Gubernur. Ia mengaku akan tetap bekerja secara profesional dan normatif. “Saya ini birokrat. Tugas saya membantu kepala daerah merumuskan, mengoordinasikan, dan mengevaluasi kebijakan,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi mencoba meredam eskalasi. Ia menuturkan bahwa Herman dan Erwan sebenarnya adalah “sahabat lama” sejak di Sumedang. “Mereka sudah bestie dari dulu. Saya tugaskan mereka hadir bareng di DPRD agar masyarakat tahu, suasana sudah kondusif,” ujar Dedi.
Namun, tak sedikit yang mencium aroma pencitraan dalam ‘perdamaian kilat’ ini. Banyak pihak menilai, panggung rekonsiliasi hanya formalitas belaka untuk menutup borok konflik kepentingan di internal Pemprov Jabar. Terlebih, persoalan fundamental seperti pengangguran, kemiskinan, hingga stunting yang disebut Herman, belum juga menunjukkan perbaikan signifikan.
Saat elite berseteru lalu mendadak akur di depan kamera, publik bertanya: apakah birokrasi dibangun untuk melayani rakyat, atau sekadar jadi panggung kekuasaan? (Bhegin)
