“Ini bagian dari visi Gubernur untuk membentuk generasi Panca Waluya,” kata Purwanto tanpa menjelaskan secara rinci apakah Panca Waluya berarti kuat fisik, kuat mental, atau kuat menahan dingin pagi hari.
Sekilas, kebijakan ini tampak seperti ikhtiar membangun bangsa dari bangku sekolah. Tapi di balik jargon kedisiplinan dan bela negara, terselip ironi: mengapa pendidikan harus semakin mirip barak, sementara tantangan nyata anak-anak sekolah justru adalah akses, fasilitas, dan kecukupan gizi?
Dengan pengawalan aparat dan suara langkah sepatu laras di koridor, pendidikan Jabar tampaknya benar-benar sedang disiapkan bukan hanya untuk belajar, tapi untuk baris-berbaris — sebelum matahari terbit sepenuhnya. Selamat datang di sekolah versi 06.30: lebih pagi, lebih disiplin, dan (semoga) tetap waras. (Bhegin)
