Persamaan karakteristik wilayah, katanya, menjadi landasan kerja sama ini: sama-sama agraris, sama-sama punya potensi wisata, dan—mungkin—sama-sama pandai beretorika. Tapi soal kesamaan nasib warga, tampaknya tak masuk agenda pembicaraan.
Program Sister City ini diharapkan memperkuat sinergi dalam berbagai sektor seperti pertanian, industri kreatif, dan pelayanan publik. Namun sejauh ini, yang paling konkret justru sinergi dalam berswafoto, bersalaman, dan bertukar cinderamata.
Tak lupa, rombongan Korea pun diajak menengok sektor industri dan pariwisata lokal. Dipimpin langsung oleh Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein—mantan pengusaha yang kini lebih lihai berdiplomasi di meja makan daripada di meja rakyat.
Dan rakyat pun menyaksikan dari jauh: bagaimana para pemimpin mereka menyusun kerja sama internasional, sementara kerja sama antar-RT saja masih sering macet karena soal sampah. (Laela)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”