LOCUSONLINE, PURWAKARTA – Gedung DPRD Purwakarta berubah menjadi panggung megah perayaan Hari Jadi ke-194 Kota dan ke-57 Kabupaten Purwakarta, Minggu (20/7/2025). Dengan tata ruang seremonial yang tertata rapi dan senyum lebar para pejabat, acara ini seolah menjadi reuni para tokoh masa lalu yang pernah duduk di kursi kekuasaan, lengkap dengan jargon manis dan narasi Purwakarta yang “istimewa.”
Sosok paling disorot tentu saja Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM) yang hadir menggandeng putrinya, Nyi Hiang Sukma Ayu, berjalan tenang melewati barisan anggota DPRD dan tamu undangan. Aura kharismatik dan simbol kebapakan diperlihatkan secara teatrikal—lengkap dengan gestur menggandeng tangan anak sebagai pesan politik penuh makna: regenerasi, dinasti, atau sekadar pencitraan keluarga harmonis?
Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein alias Om Zein, dalam sambutannya kembali menyuarakan slogan lama dengan baju baru: “Ngurus Lembur Nata Kota, Ngosrek Purwakarta Istimewa.” Kalimat yang terdengar apik, namun belum tentu sampai ke jalan-jalan rusak, sekolah kekurangan guru, atau puskesmas yang sepi dokter.
Baca Juga : Hajat Elite Ala Dedi Mulyadi, Nyawa Rakyat Jadi Tumbal: Makan Gratis Berujung Tragis di Pendopo Garut
Rapat Paripurna yang disebut-sebut sebagai puncak perayaan, dipenuhi para tokoh Forkopimda, OPD, camat, lurah, kepala desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga insan pers. Tak ketinggalan, para mantan pejabat pun turut hadir—seolah ingin menunjukkan bahwa sejarah kepemimpinan Purwakarta adalah pusaran nama-nama lama yang masih relevan meski sudah “purna tugas”.
Hadir pula mantan Bupati Lili Hambali Hasan, mantan Wakil Bupati Dudung Bachdar Supardi, hingga PLT Benni Irwan yang sempat memimpin di masa transisi. Semua tampil ramah, tertib, dan penuh nostalgia—tapi rakyat tahu, nostalgia tak pernah membayar utang kebijakan masa lalu.
