“Garut, kabupaten dengan semangat ekonomi tinggi di atas kertas, tapi masih terseok oleh realitas di lapangan. PDRB naik, katanya. Tapi entah siapa yang naik duluan — statistik atau harapan kosong”
LOCUSONLINE, GARUT — Dalam sebuah apel gabungan yang berlangsung di halaman Sekretariat Daerah, Senin (28/7/2025), Bupati Garut Abdusy Syakur Amin kembali menaiki podium dengan semangat patriotik bukan untuk membahas harga cabai atau ongkos pendidikan, melainkan sebuah istilah yang terdengar akademis dan prestisius: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Senin, 28 Juli 2025
Dengan latar spanduk dan barisan ASN yang berdiri tegak menahan panas matahari dan isi perut yang kosong sejak pagi, sang bupati menyatakan bahwa kemerdekaan sejati diukur dari PDRB bukan dari bebasnya warga berpendapat, tapi dari angka-angka ekonomi yang bahkan sebagian besar masyarakat belum tentu mengerti.
“PDRB adalah ukuran kesejahteraan,” ujar Bupati dengan penuh keyakinan, seolah-olah statistik mampu menjawab keluhan petani tentang harga pupuk yang melambung atau pekerja harian yang gajinya stagnan.
Menurutnya, walau PDRB Garut secara umum tumbuh, nilai per kapita kita tetap kerdil bila dibandingkan provinsi lain. Persoalan ini pun, seperti biasa, diserahkan kembali ke pundak rakyat harus lebih produktif, katanya. Dengan kata lain, jika angka ekonomi belum naik, berarti rakyat kurang rajin, bukan sistem yang perlu dibenahi.
Solusinya? Kualitas SDM. Lagi-lagi, pendidikan dan pelatihan disebut sebagai kunci, padahal sekolah-sekolah di pelosok masih kekurangan guru dan fasilitas. Tentang attitude, itu urusan karakter, tapi entah karakter siapa yang dimaksud: rakyat biasa atau elite yang belanjanya tak tersentuh inflasi?

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”