“Selamat datang di Jawa Barat: surganya investor, tapi masih mimpi bagi yang butuh pekerjaan. Sebab di sini, triliunan modal bisa mendarat tanpa hambatan namun lapangan kerja, sepertinya, masih tertahan di ruang tunggu sistem”
LOCUSONLINE, SUBANG – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tampaknya tengah berada di atas awan optimisme. Di hadapan media, ia menyampaikan kabar menggembirakan: Jawa Barat sukses menyedot investasi hingga Rp72,5 triliun sepanjang tahun 2025. Dengan angka fantastis itu, Jabar resmi menjadi primadona investor nasional, mengalahkan provinsi lain yang barangkali kalah dalam hal strategi presentasi? Rabu,30 Juli 2025
Namun, di balik angka-angka yang bersinar terang bak neon rapat kabinet, terselip kenyataan yang justru menyilaukan: pengangguran malah naik.
Ya, betul. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar, jumlah pengangguran pada Februari 2025 tercatat 1,81 juta jiwa, naik 20 ribu orang dibanding tahun sebelumnya. Sebuah ironi yang sulit ditutupi meski dibalut jargon “digitalisasi ketenagakerjaan” atau “iklim investasi kondusif”.
Baca Juga : Dialog di Pamengkang: Aspirasi Dibicarakan, Masalah Tetap Bertahan
Gubernur Dedi menegaskan bahwa “gangguan-gangguan klasik seperti premanisme dan hambatan infrastruktur sudah tertangani.” Namun entah mengapa, yang belum tertangani justru pencari kerja itu sendiri. Investasi mengalir deras, sementara warga Jabar masih harus berlomba mengisi formulir lamaran kini via aplikasi digital.
Sistem digital ketenagakerjaan pun diperkenalkan sebagai solusi pamungkas. Melalui platform ini, katanya, proses rekrutmen akan jadi semudah memesan ojek daring. Perusahaan tinggal klik, pencari kerja tinggal pasrah. Masalahnya, sistem tidak otomatis menyerap tenaga kerja apalagi kalau kebutuhan lapangan kerja tak bertambah.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”