Literasi tak mungkin tumbuh di atas papan informasi yang luntur dan koleksi museum yang tidak diperbarui sejak dekade lalu.
Menteri pun mengapresiasi para kuncen penjaga tradisi dan situs yang bekerja nyaris tanpa perlindungan formal.
“Terima kasih kepada para penjaga situs,” katanya, tanpa menyebut apakah mereka mendapatkan insentif atau legalitas profesi dari negara.
Di banyak tempat, para kuncen ini menjadi ujung tombak pelestarian sejarah bukan karena dibayar pemerintah, tetapi karena panggilan jiwa. Ironisnya, penghargaan yang mereka dapatkan seringkali cuma basa-basi seremoni saat pejabat berkunjung.
Candi Cangkuang dan makam Embah Dalem Arief Muhammad lebih dari sekadar lokasi kunjungan kerja. Ia adalah pengingat bahwa toleransi dan keberagaman pernah hidup berdampingan secara organik, tanpa perlu retorika berulang.
Jika negara benar-benar serius menjaga sejarah, maka warisan budaya bukan hanya dijadikan latar panggung pidato, tetapi juga pusat strategi pembangunan identitas bangsa.(Suradi)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”