“MoU ini bisa jadi momentum emas. Tapi publik tahu, MoU seringkali berhenti sebatas tanda tangan, foto bareng, dan piagam manis di dinding kantor”
LOCUSONLINE, GARUT – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut resmi menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan 17 perguruan tinggi lokal, Senin (1/9/2025). MoU ini diklaim sebagai langkah akselerasi pembangunan daerah lewat Tridharma Perguruan Tinggi, yang dipimpin langsung oleh Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, di Jalan Pembangunan, Tarogong Kidul.
Syakur menegaskan, pemerintah tak bisa jalan sendiri. Kampus diminta jadi “booster” pembangunan, mulai dari perencanaan, eksekusi, sampai evaluasi. Bahkan, mahasiswa diproyeksikan jadi motor desa lewat program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik empat bulan.
“Kami yakin dengan kerja sama, kolaborasi, sinergitas, dan komunikasi dengan perguruan tinggi, pembangunan Garut bisa dipercepat,” ucap Syakur penuh optimisme.
Selain MoU, Pemkab juga menjanjikan beasiswa untuk 1.000 mahasiswa Garut. Sebuah angka yang manis di telinga, meski publik masih menunggu: apakah ini bakal jadi program berkelanjutan atau sekadar gebyar menjelang pilkada?
Kehadiran kampus di Garut pun disebut strategis. Selain mencegah biaya kuliah “migrasi ke Bandung” yang lebih mahal, ada alasan sosial lain: menjaga interaksi anak–orang tua tetap hangat. Sebuah alasan sederhana yang jarang muncul dari mulut pejabat.
Program KKN Tematik sendiri akan memaksa mahasiswa terjun lebih lama ke desa. Dari membantu UMKM, mengajarkan teknologi digital, sampai ngajar-ngaji di pelosok. Sebuah gagasan menarik, meski ada juga yang nyeletuk: jangan-jangan mahasiswa nanti disulap jadi pegawai gratisan desa.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”