Baca Juga : 1.911 Bidang Tanah Disidangkan, Reforma Agraria Masih Jadi Lelucon Serius?
Tak berhenti di situ, Kapolda juga melempar gagasan tentang pasar murah dan ajakan menggandeng investor untuk mengolah jagung jadi pakan ternak. Pesannya sederhana tapi terasa satir: ekspor boleh jalan, asal kebutuhan lokal jangan dilupakan.
“Tadi saya meminta sama Bupati Garut untuk senantiasa ekspor tapi tidak mengesampingkan kebutuhan lokal. Jangan kita ekspor, tapi kebutuhan lokalnya kekurangan,” tegasnya.
Bupati Garut pun menyambut dengan rasa syukur dan hormat atas dukungan pusat. Namun, seperti biasanya, janji manis masih lebih cepat dipanen ketimbang jagung itu sendiri.
Kegiatan panen raya ini memang tampak megah ada jagung berkarung-karung, ada pejabat berjejer rapi, ada pula alat modern yang siap dipamerkan. Tapi di balik semua itu, rakyat kecil hanya bisa berharap, semoga panen 140 ton jagung ini bukan sekadar headline, melainkan betul-betul jadi jawaban atas harga jagung dan kebutuhan pangan yang kian mencekik.
Karena pada akhirnya, rakyat tidak kenyang oleh pidato, melainkan oleh jagung yang benar-benar sampai di meja makan.(Suradi)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














