“Program bernama Makan Bergizi Gratis seharusnya menambah imun, bukan menambah pasien. Dengan anggaran ratusan triliun, mestinya anak-anak disuguhi menu sehat, bukan sajian darurat rumah sakit.”
LOCUSONLINE, JAKARTA – Presiden RI Prabowo Subianto langsung tancap gas begitu tiba di tanah air usai lawatan luar negeri akhir pekan lalu. Kasus keracunan massal program Makan Bergizi Gratis (MBG) membuatnya menggelar rapat darurat bersama Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) dan jajaran menteri di Istana.
Tak lama berselang, Minggu (28/9/2025), pemerintah menggelar Rapat Koordinasi Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) MBG di Kementerian Kesehatan. Menko Pangan Zulkifli Hasan menyebut rapat ini merupakan tindak lanjut langsung dari arahan Presiden.
“Presiden memerintahkan investigasi menyeluruh seluruh kasus keracunan. Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bermasalah akan ditutup sementara, dan seluruh dapur MBG wajib memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS),” kata Zulhas.
Alih-alih memberi gizi, MBG justru mencatatkan rekor keracunan massal. Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menyebut ada 8.649 anak menjadi korban hingga 27 September 2025. Angka ini melonjak pada 22–27 September dengan tambahan 2.197 kasus.
Sementara data versi BGN lebih “hemat”, hanya 5.914 kasus hingga 25 September. Bedanya ribuan, tapi sama-sama memprihatinkan.
Wakil Kepala BGN, Nanik S Deyang, memastikan biaya perawatan korban akan ditanggung negara. “Penerima manfaat MBG yang terdampak tidak mengeluarkan biaya apapun. Semua ditanggung pemerintah,” katanya.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”