Lebih jauh, Syakur menyoroti kompetensi ASN istilah yang kini jadi mantra wajib setiap pejabat daerah.
Menurutnya, jumlah peserta uji kompetensi di Garut masih sangat sedikit. Ia meminta BKD untuk menambah anggaran pelatihan dan ujian agar ASN bisa lebih “kompeten”, bukan sekadar “kompatibel dengan jabatan.”
“Kalau staf kita kompeten, kolaborasi jadi mudah,” katanya, tanpa menjelaskan apakah kolaborasi itu mencakup disiplin hadir pukul 07.30 atau hanya urusan laporan kehadiran digital.
Ia juga menyinggung soal manajemen talenta, konsep modern yang kini tengah populer di dunia birokrasi meski di lapangan, banyak ASN yang masih bingung apakah talenta itu perlu SK atau cukup niat.
“Semua orang ingin diperlakukan adil, dan keadilan itu berdasarkan kompetensi,” ujar Syakur. Kalimat yang terdengar mulia, meski sering kali tenggelam di antara rotasi jabatan dan pergeseran yang “berdasarkan kebutuhan organisasi.”
Sementara itu, dua CPNS yang baru dilantik tampak tegak dalam barisan.
Mereka menandatangani perjanjian ikatan dinas berdasarkan surat resmi Kementerian Dalam Negeri. Lima tahun ke depan, mereka wajib mengabdi di Garut wilayah yang dikenal lebih luas dari tanggung jawab sebagian ASN-nya.
Di akhir acara, Bupati Syakur kembali menegaskan pentingnya kesiapan diri bagi semua ASN. “Jangan tunggu kesempatan datang. Siapkan diri agar layak diberi kesempatan,” katanya, menutup apel yang berlangsung di bawah langit Tarogong yang mulai mendung.
Tepuk tangan terdengar pelan. Kamera dinas mengabadikan momen.
Dan seperti biasa, kompetensi kembali menjadi kata paling sering disebut sekaligus paling jarang dijumpai di loket pelayanan publik. (Suradi)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














