“Garut boleh didiagnosis fiskal, tapi yang butuh check-up justru daya beli rakyatnya.
Dan seperti biasa, setiap kenaikan pajak pasti diiringi satu kalimat ajaib:“Tidak akan terlalu terasa.”
Padahal, yang namanya terasa selalu relatif, tergantung isi dompet.”
LOCUSONLINE, GARUT – Kabupaten Garut kembali jadi pusat perhatian dunia, bukan karena dodolnya, tapi karena World Bank datang memberi “diagnosis fiskal.”
Ya, Garut kini resmi jadi pasien ekonomi global.
Kedatangan tim Bank Dunia dan Bappenas disambut hangat di Ruang Patriot, Bappeda Garut, Senin (20/10/2025).
Acara yang diberi judul serius “Focus Group Discussion Strategi Optimalisasi PBB-P2” itu berlangsung khidmat, meski di luar ruangan harga cabai masih naik-turun tanpa strategi.
Perwakilan Bank Dunia, Griya Rufianne, mengatakan bahwa pajak bumi dan bangunan adalah jenis pajak paling stabil.
“Objeknya tidak berpindah,” ujarnya.
Benar, tanah memang tidak bergerak.
Tapi begitu NJOP naik, biasanya yang bergerak adalah alis warga dan surat protes ke kelurahan.
Menurut Griya, peningkatan pajak ini penting untuk kemandirian daerah.
Namun warga punya tafsir sendiri tentang kemandirian:
“Mungkin maksudnya biar kita mandiri tanpa uang.”
Dari sisi pemerintah, Bupati Garut Abdusy Syakur Amin tampak optimistis.
Ia menyebut, “FGD ini langkah penting untuk melihat potensi pajak yang belum tergali.”
Bahasanya terdengar seperti arkeolog menemukan situs purbakala, hanya saja situsnya bernama SPPT.
Baca Juga : Penyidikan Dugaan Kejahatan Alih Fungsi Lahan, Oknum Pejabat Bisa Dihukum Lebih Berat
Syakur menegaskan, kenaikan NJOP tidak akan memberatkan masyarakat kecil.
Katanya, “Yang pajaknya Rp25 ribu tidak akan terdampak serius.”
Artinya, yang pajaknya di atas itu siap-siap terdampak serius, tapi dengan hati yang tabah.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”