“Di Indonesia, dana publik memang tak pernah hilang hanya berpindah tempat dari kas pembangunan ke rekening bunga dan seperti biasa, yang paling cepat bekerja di negeri ini adalah sistem autodebet.”
LOCUSONLINE, JAKARTA – Bank Indonesia akhirnya angkat suara soal “drama uang nganggur” pemerintah daerah. Dana senilai Rp234 triliun disebut masih mengendap manis di bank, sementara sebagian daerah masih sibuk rapat membahas kenapa pembangunan tak juga jalan.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sudah lebih dulu melontarkan keluhannya: uangnya ada, tapi tidak dipakai.
“Realisasi belanja APBD melambat,” katanya, “bukan karena uangnya hilang, tapi karena banyak yang mager eksekusi.”
Menurut Purbaya, pemerintah pusat sudah menyalurkan dana Rp644,9 triliun atau 74,2 persen dari pagu. Tapi di daerah, uang itu tidak mengalir ke jalan, sekolah, atau puskesmas.
Ia justru mengalir ke rekening deposito dengan bunga yang lebih menyejukkan daripada AC rapat paripurna.
“Gunakan uang itu untuk hal produktif,” pesan Purbaya, “jangan biarkan uang tidur.”
Masalahnya, uang memang sudah tidur. Nyenyak. Di bank, bahkan mungkin sudah bermimpi dibangunkan oleh audit BPK.
Baca Juga : Prabowo Minta SDM Disesuaikan dengan Industri: Kampus Didesak Jadi Pabrik Tenaga Kerja Siap Pakai
Beberapa kepala daerah buru-buru membantah:
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM) menepis tudingan, katanya uang itu bukan “diparkir”, hanya “sementara istirahat.”
Sementara Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution menegaskan, Rp3,1 triliun milik Sumut bukan “dana nganggur”, tapi “dana berpikir.”
“Uang itu sedang kita pikirkan penggunaannya,” ujar salah satu pejabat daerah, “karena kalau langsung dibelanjakan, nanti dikira grusa-grusu.”

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”