LOCUSONLINE, GARUT – Akhirnya, setelah bertahun-tahun warga Kampung Saar dan Kampung Cingombong menatap jalan penuh lubang seperti menatap nasib, kini secercah harapan muncul dalam bentuk 225 meter jalan beraspal setebal 3 sentimeter. Dana Infrastruktur Provinsi (IP) sebesar Rp98 juta dipotong pajak, tentu saja menjadi bahan bakar kecil untuk mimpi besar: jalan mulus menuju masa depan yang entah ke mana.
Kepala Desa Citeras, Oyan, tampil gagah di lokasi proyek, lengkap dengan senyum khas pejabat yang baru saja menunaikan “janji pembangunan”. Ia menyebut, pengaspalan ini bukan sekadar proyek, tapi “realiasi keinginan warga yang sudah lama haus kemajuan.”
“Kami bangun dengan Dana IP dari Provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujar Oyan penuh semangat, sambil sesekali memastikan wartawan mencatat panjang jalan: 225 meter, lebar 2,5 meter, ketebalan 3 sentimeter angka yang disebut tiga kali agar tampak monumental.
Baca Juga : Wabup Garut Ajak Perempuan Jadi Hebat di Rumah, Hebat Juga di Pitch Deck
Sebelum aspal menempel di tanah, Oyan mengaku warga lebih dulu dikerahkan bergotong royong mencabut rumput liar yang sudah lebih berumur daripada janji pembangunan itu sendiri.
“Alhamdulillah, warga antusias. Mungkin karena baru kali ini jalan dibersihkan tanpa hujan janji politik,” katanya.
Oyan pun berharap masyarakat menjaga jalan itu agar tetap awet karena kalau rusak lagi, siapa tahu harus menunggu satu periode pemerintahan lagi.
“Mari kita rawat bersama. Jangan sampai baru dua musim hujan sudah jadi kolam ikan,” pesannya, penuh haru dan sedikit cemas.
Tak lupa, sang kepala desa juga mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Jawa Barat, Aing Dedi Mulyadi, yang disebutnya “mantap luar biasa.”
“Beliau luar biasa, saya hanya melaksanakan instruksi beliau. Dari Kampung Kebon Jeruk ke Kampung Cingombong semua sudah diaspal,” tutur Oyan, sambil menatap jalan seolah sedang menatap prestasi nasional.
Proyek ini memang sederhana, tapi di tengah situasi pembangunan yang sering tak jelas arahnya, 225 meter jalan mulus bisa terasa seperti tol Cipularang bagi warga Citeras.
Asal, tentu saja, tidak retak sebelum baliho ucapan terima kasihnya dicopot. (Riyadi)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”
















