“Pemkab Garut seperti biasa masih dalam tahap “mengkoordinasikan koordinasi”, jalan Cipeudeus tetap berlubang, wisatawan tetap mengeluh, dan lubang-lubang itu tetap menunggu korban atau barangkali akan jadi objek wisata baru: Situ Lubang Cangkuang.”
LOCUSONLINE, GARUT – Akses menuju objek wisata Situ Cangkuang, satu-satunya destinasi bersejarah yang bisa diakses lewat jalan zaman Majapahit, kembali jadi bahan keluhan masyarakat. Jalan kabupaten di Kampung Cipeudeus, Desa Cangkuang, kini lebih mirip kubangan nasib ketimbang akses wisata apalagi di musim hujan, ketika lubang jalan berubah jadi danau mini yang menyaingi keindahan Situ Cangkuang itu sendiri.
Genangan air setinggi 40–50 sentimeter menutupi lubang-lubang aspal, menjebak pengendara roda dua dan empat, baik warga lokal maupun wisatawan yang datang dengan niat rekreasi, pulang dengan ban bocor dan sumpah serapah.
“Jalan ini rusak sejak 2022, sudah kami usulkan lewat musrenbang, tapi sampai sekarang belum ada kabar dari kabupaten,” ujar Endang Suhendar, Kepala Desa Cangkuang, sambil menatap jalan yang bahkan Google Maps enggan perbarui.
Menurut Endang, sebagian jalan memang pernah diperbaiki pada 2024, tapi entah kenapa bagian 300 meter di Cipeudeus dibiarkan tetap rusak seolah menjadi situs warisan yang tak boleh disentuh.
“Saya juga nggak tahu kenapa bisa dilewati begitu saja. Katanya karena anggaran, tapi anggaran ini kok kayak sinyal HP, kuat di tempat lain, hilang di tempat kami,” ujarnya dengan nada pasrah.
Warga pun mempertanyakan keanehan geografis pembangunan. Dari Kampung Samarang hingga Pasir Teureup, jalan mulus bagai pipi bayi. Tapi begitu masuk Cipeudeus, langsung berubah menjadi jalur off-road spiritual menguji kesabaran, iman, dan suspensi kendaraan.
“Ini kan gerbang utama menuju objek wisata Situ Cangkuang, masa pengunjung disambut sama lubang?” keluh salah satu warga yang motornya baru saja tenggelam setengah roda.
Kepala desa mengaku pusing karena masyarakat banyak yang belum paham bahwa jalan kabupaten bukan wewenang desa, padahal yang disalahkan justru kantor desanya.
“Kalau bisa, ya kami tambal sendiri pakai Dana Desa. Tapi nanti kami yang ditambal sama inspektorat,” ujarnya getir.
Warga berharap Pemkab Garut segera membuka mata dan dompetnya untuk memperbaiki akses ini, sebelum lubang di jalan berubah jadi danau tandingan.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














