“Apakah banjir ini peringatan alam, efek samping pembangunan, atau sekadar rutinitas baru yang lahir dari perencanaan tata ruang yang kalah gesit dari hujan?”
LOCUSONLINE, GARUT – Pemerintah Kabupaten Garut mulai melakukan analisis serius atas banjir bandang yang menerjang Kecamatan Banyuresmi, Kamis (30/10). Keseriusan itu ditandai dengan rangkaian pengecekan, pemantauan, dan rencana rapat lanjutan yang menurut Sekretaris Daerah sekaligus Kepala BPBD Garut, Nurdin Yana, akan “segera melihat akar masalahnya”.
“Ya, nanti teman-teman BPBD analisis akar persoalan dari mana. Akan bisa dilihat nanti,” ujar Nurdin, Senin (3/11), tanpa merinci kapan “nanti” tersebut resmi dimulai.
Banjir di Banyuresmi menjadi perhatian pemerintah daerah karena wilayah itu sebelumnya bukan kawasan langganan bencana. Namun, seperti yang kerap terjadi, air tampaknya tak sempat membaca peta kerawanan bencana sebelum meluap ke pemukiman warga.
Berdasarkan asesmen awal BPBD, sedikitnya 121 rumah, tiga masjid, satu musala, dan fasilitas pendidikan SMPN 3 Banyuresmi terdampak banjir di empat kampung: Babakan Wetan, Sarianteun, Lio, dan Cibuyutan.
Penyebab banjir disebut “gabungan beberapa faktor”: hujan deras, saluran air yang tak sanggup menahan debit, jembatan buatan warga yang terlalu pendek, serta paduan apik sampah kiriman yang menyumbat aliran.
Kombinasi ini menghasilkan banjir bandang yang tak hanya merendam rumah, tapi juga ikut menguji kesabaran warga, sementara pemerintah masih mengumpulkan potongan-potongan informasi penyebab.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














