Baca Juga :
Bahlil Sidak Pertalite ‘Brebet’: Mesin Warga Sakit, BBM Tetap Sehat”
Menurut Purbaya, para bankir sebenarnya pintar hanya saja, “terkadang malas”.
“Biasanya uangnya ditaruh di SBN atau di BI. Padahal tugas mereka mendeteksi kredit yang bagus, menyalurkan dengan cerdas. Tapi ya itu, pintar tapi malas,” ujarnya tanpa tedeng aling-aling.
Purbaya bahkan mengaku sering mendatangi bank secara mendadak untuk memastikan uang yang mereka kelola benar-benar berputar.
“Saya datang, tanya: uangnya dipakai buat apa? Jangan cuma numpuk,” katanya.
Namun kali ini, ia tak bisa sepenuhnya bebas bergerak, sebab perbankan kini berada di bawah pengawasan Danantara. Meski begitu, ia menegaskan masih punya jalur untuk menertibkan: “Saya ini bukan cuma Menkeu, tapi juga anggota Dewan Pengawas Danantara.”
Di antara kalimat-kalimat jenakanya, terselip ironi: seorang Menkeu yang baru “menyadari kekuasaan” justru menunjukkan bagaimana kekuasaan itu seharusnya digunakan bukan untuk menumpuk kuasa, tapi untuk menertibkan yang malas, menggoyang yang nyaman, dan memastikan uang negara benar-benar bekerja.
Barangkali, tawa Purbaya bukan tawa kemenangan, tapi tawa seorang pejabat yang tahu: kekuasaan tanpa keberanian, sama saja dengan deposito yang tak pernah berputar.*****

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














