“Radar bisa dibeli. Ambulans bisa dianggarkan. Tapi budaya siap siaga? Itu masih sinyal lemah apalagi kalau listriknya padam saat hujan turun.”
LOCUSONLINE, BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tampaknya benar-benar siap menghadapi bencana setidaknya di atas kertas. Dalam Apel Siaga Kesiapsiagaan Bencana di Bandung, Rabu (5/11/2025), Dedi dengan lantang mengumumkan rencana besar: ambulans off-road, rumah sakit terapung, sampai radar cuaca baru yang katanya bakal nongol tahun depan.
Langkah-langkah itu terdengar seperti film aksi bertema heroik versi daerah. Mobil tangguh menembus lumpur, kapal medis mengarungi ombak, dan radar cuaca yang akhirnya dimiliki Pemprov sendiri setelah sekian lama “nebeng data” ke BMKG. Hebat, tentu saja. Tapi publik juga tahu: di negeri ini, yang paling cepat sering kali bukan respon bencana, melainkan proses seremonialnya.
“Selama ini Pemda Jabar ternyata belum punya radar sendiri,” kata Dedi.
Tentu saja publik lega, sekaligus heran: provinsi dengan APBD jumbo, tapi masih ‘nebeng radar’.
Rencana Dedi bukan tanpa nilai. Namun, di lapangan, persoalan klasik belum ikut apel: koordinasi lambat, anggaran nyangkut, dan warga yang masih lebih percaya “feeling” ketimbang peringatan dini BMKG.
“Culture orang Indonesia gak percaya sama early warning. Tapi kalau udah kena bencana, baru percaya,” kata Dedi.
Iya, Pak. Mungkin karena peringatan dini kadang datang belakangan, pas rumah udah hanyut.
Sementara itu, Kapolda Jabar Irjen Rudi Setiawan menyebut sudah ada 1.500-an bencana sejak Januari. Angka itu bukan sekadar statistik; itu daftar panjang warga yang kehilangan rumah, mata pencaharian, bahkan harapan. Tapi ya sudahlah, yang penting kita punya radar baru kalau sudah dilelang.
Dalam apel megah di halaman Gedung Sate itu, 2.000 personel berdiri gagah. Simulasi dilakukan. Mobil-mobil bersirine. Drone berterbangan. Tapi yang sering hilang justru yang paling penting: tindak lanjut. Karena di negeri ini, kesiapsiagaan kadang berhenti di upacara, dan tanggap darurat dimulai setelah trending topic.*****

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














