“Jika proyek Whoosh adalah film, Jonan adalah karakter yang keluar sebelum ledakan terjadi dan kini menonton dari jauh sambil menggeleng pelan. Dan seperti biasa, bangsa ini tak kekurangan orang pintar; hanya sering telat mendengarkan yang benar.”
LOCUSONLINE, JAKARTA – Seperti kereta yang tiba-tiba muncul di perlintasan tanpa aba-aba, Ignasius Jonan mendadak terlihat di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (3/11/2025).
Sosok yang dulu menolak proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) kini muncul justru saat Whoosh sedang megap-megap menanggung utang.
Namun alih-alih membawa dokumen penyelamatan atau proposal restrukturisasi, Jonan datang tanpa berkas, tanpa misi, “hanya memenuhi undangan,” katanya datar.
Yang memanggil, katanya, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya. Soal apakah ini terkait proyek Whoosh yang sedang berdarah-darah, Jonan memilih gaya khasnya: jawab setengah kalimat, sisanya dibiarkan hanyut bersama wartawan.
“Wih, saya enggak komentari itu. Saya sudah pensiun, enggak ngikutin,” ujarnya, sembari berjalan cepat ke dalam Istana.
Di ruang berbeda, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga bertemu Presiden.
Ia membahas hal-hal besar: infrastruktur, arah pembangunan, dan tentu utang Whoosh yang kini sebesar rasa sesal.
AHY datang sebagai Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, ditemani deretan pejabat tinggi. Jonan datang sendirian, membawa reputasi dan masa lalu yang menolak proyek itu sejak awal.
Keduanya tak satu ruangan. Tapi publik seperti membaca dua bab dari buku yang sama: bab pertama tentang idealisme yang diabaikan, bab kedua tentang realitas utang yang menumpuk.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














