“Kami akan lakukan kajian pemberdayaan potensi ekonomi Garut dengan skema-skema pendanaan yang akan digunakan,” ujar Endang. Sebuah kalimat yang bisa berarti apa saja tergantung pendanaannya cair atau tidak.
Endang mengakui Garut sudah punya MoU dengan Telkom University. Jadi, pertemuan kali ini tinggal mencari bentuk agar MoU itu tidak hanya jadi piagam yang dipajang di lobi kantor.
“Langkah berikutnya adalah menyusun proposal tim Center of Excellence,” katanya. Dalam bahasa praktis: tahap “kertas kerja” baru dimulai.
Pada akhirnya, semua pihak sepakat bahwa Garut punya potensi lengkap dan strategis. Pernyataan itu sudah sering diulang di berbagai forum, dengan komoditas yang terus sama: teh, akar wangi, jagung, wisata budaya. Potensi yang sering disebut, jarang melonjak, dan selalu siap dibicarakan ulang pada pertemuan tahun depan.
Endang menutup dengan optimisme:
“Mudah-mudahan proposal penelitian dan abdimas bisa lolos dan didanai, lalu menjadi solusi pengembangan komoditas Garut.”
Seperti biasa, kata kuncinya “mudah-mudahan.”
Karena di Indonesia, banyak kerja sama lahir dari seminar, tumbuh di meja rapat, dan dewasa jika dana benar-benar turun. Jika belum, semua tetap dalam bentuk konsep: indah, wangi, dan aman dipresentasikan.*****

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














