“Yang tersisa hanya baju di badan,” ujar Yasardin. Kalimat itu lebih dramatis dari banyak film hukum yang pernah dibuat.
Penelepon misterius tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya memutus sambungan setiap kali diangkat. Teror model hemat energi ini muncul setelah Khamozaro memimpin perkara korupsi dengan nilai jumbo dan tersangka berpengaruh.
“Lebih dari 10 kali,” ujar Yasardin. Sebuah ulangan yang tidak pernah mencapai dialog.
Anggota Komisi III DPR, Sarifuddin Sudding, menyebut kebakaran ini lebih dari intimidasi.
“Sudah mengarah ke kejahatan terencana,” katanya.
Politikus lain, Rudianto Lallo, meminta polisi memastikan motif, pelaku, dan dalang. Harapan publik jelas: penyelidikan tidak berakhir seperti abu dokumen di kamar hakim.
Baca Juga : Kasus “Hajatan Maut” Pendopo Garut: Tamu Sudah Pulang, Hukum Masih Nongkrong di Gerbang
Hakim di Indonesia hanya mendapat pengamanan saat di kantor, bukan di rumah. Masalah yang tampak kecil sampai kejadian besar terjadi.
Ikahi meminta Presiden Prabowo memberi perhatian cepat. Reformasi perlindungan hakim sudah lama dibahas, namun belum menyala seperti kobaran api yang membakar kamar Khamozaro.
Terlepas dari ancaman, Khamozaro menegaskan dirinya tetap melanjutkan proses hukum.
“Saya tak pernah mundur,” ujarnya.
Ia menyebut kejadian ini ujian. Pernyataannya tenang berlawanan dengan kondisi kamarnya yang tinggal puing.
Api di rumah Khamozaro sudah padam. Yang belum padam adalah pertanyaan publik, yang terus membara sambil menunggu polisi memutuskan:
ini musibah, pesan, atau peringatan?*****

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














