“Pelantikan ini menandai babak baru bagi ribuan pegawai. Statusnya memang paruh waktu, tetapi tuntutan kinerjanya tidak pernah setengah-setengah.”
LOCUSONLINE, GARUT – Bupati Garut Abdusy Syakur Amin memimpin pelantikan 6.596 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja Paruh Waktu (P3KPW) di Alun-Alun Garut, Jumat (7/11/2025).
Upacara berlangsung meriah, penuh foto bersama, dan sesekali diwarnai rasa lega dari para pegawai yang akhirnya mendapatkan legalitas setelah bertahun-tahun “nyaris ASN”.
Syakur menyebut kebijakan ini sebagai langkah strategis pemerintah pusat dan daerah dalam menyelesaikan masalah tenaga honorer.
Sebuah pernyataan yang sudah berulang kali diucapkan di banyak daerah, namun baru benar-benar terasa ketika SK dibagikan.
“Pengangkatan paruh waktu adalah langkah menuntaskan permasalahan tenaga ASN/honorer,” ujar Bupati.
Kalimat yang membuat ribuan pegawai akhirnya bisa mengunggah status “resmi jadi ASN” tanpa rasa waswas.
Baca Juga : Gedung Sate Hemat Listrik, ASN Naik Konsumsi Kopi: Dampak WFH Mulai Terlihat
Dari total 6.616 formasi yang disetujui, sebanyak 6.596 orang berhasil sampai ke meja pelantikan. Sementara 20 lainnya tidak ikut:
- 3 orang meninggal dunia
- 17 mengundurkan diri, kemungkinan karena alasan yang hanya mereka dan Tuhan yang tahu.
Bupati mengingatkan bahwa yang hadir harus bersyukur.
Pesannya sederhana tapi tegas: jangan sia-siakan SK yang baru turun.
Setelah pelantikan, Syakur langsung mengingatkan kewajiban pertama ASN yang baru dilantik: membayar PBB dan pajak kendaraan.
Sebuah imbauan yang terdengar lebih administratif daripada emosional, namun tetap masuk akal bagi daerah yang membutuhkan pemasukan.
Ia juga meminta seluruh pegawai bekerja jujur, bertanggung jawab, dan berdedikasi tinggi daftar sifat yang sejak lama digunakan untuk mengikat harapan kepada ASN, meski realisasinya sering menunggu giliran anggaran.
Kepala Kanreg III BKN Bandung, Wahyu, memberi ucapan selamat. Ia menegaskan bahwa 6.596 pegawai tersebut kini tercatat sebagai bagian dari 5,4 juta lebih ASN Indonesia.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














