Fase II menargetkan keberlanjutan SDM lokal dilatih, infrastruktur diperkuat, fokus diarahkan pada kesehatan ibu dan anak. Yuni menyebut capaian digitalisasi ini sudah terlihat dari peningkatan layanan ibu hamil, termasuk asesmen dini risiko. Garut perlahan menjelma dari daerah rawan ke area referensi digital.
Baca Juga : Bupati Garut “Semprot” ASN: Anggaran Seret, Kemandirian Fiskal Seret, Akhir Tahun Makin Meper
Dalam kesempatan terpisah, Director Primary Health Care Gates Foundation, Tracey McNeil, menjelaskan dengan bahasa yang lugas bahwa kunci keberhasilan Garut adalah kepemimpinan kuat dan staf puskesmas yang “sangat termotivasi”. Ia mengibaratkan proyek ini seperti menyusun puzzle dan Garut berhasil menyatukan semua kepingnya.
Digitalisasi membuat kasus risiko tinggi seperti ibu hamil bisa terdeteksi lebih awal.
“Hari ini contoh bagus bagaimana digitalisasi bekerja saat semua kepingnya nyambung,” katanya. Gates Foundation bahkan menyebut Garut sebagai model global yang akan direplikasi ke negara lain.
Kepala Dinas Kesehatan, dr. Leli Yuliani, menyampaikan rencana perluasan program. Saat ini baru 9 Puskesmas yang tersentuh digitalisasi. Tahun 2026 targetnya 18 Puskesmas, dan tahun 2027 seluruh Puskesmas di Garut sudah harus digital. Fokus layanan ibu dan anak sudah menunjukkan hasil: kunjungan naik, kualitas pelayanan meningkat, dan angka kematian ibu turun.
dr. Leli juga menyoroti perlunya integrasi aplikasi data yang saat ini berserakan di Puskesmas. Program SID diharapkan menyatukan semua aplikasi ke satu platform agar keputusan kesehatan tidak lagi dibuat “berdasarkan feeling”.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














